Rabu, 31 Oktober 2012

Kejora (part 3)

ANDAI



Tidak seperti biasanya, Khayla terbangun dari tidurnya lebih cepat tiga puluh menit. Biasanya dia akan terbangun pukul empat dini hari tapi ketika Khayla melirik jam dindingnya, waktu menunjukkan pukul tiga lewat tiga puluh. Mungkin bintang Kejora masih tidak akan menampakkan keindahannya, pikir Khayla. Jadi ia berniat untuk kembali melanjutkan tidurnya. Sebenarnya Khayla hanya ingin menyembunyikan kekecewaannya.
Jendela kamar tidak tertutup oleh gordin, sehingga langit malam yang terbingkai jendela kamar Khayla bisa terlihat dengan jelas dari tempat tidurnya. Khayla mengurungkan niatnya untuk kembali tidur. Ia melihatnya. Ya, Kejora telah menunjukkan sinarnya. Kelihatan begitu indah dan nyata meskipun dari bingkai jendela kamarnya.
Benarkah itu Kejora yang selalu dinantikan kehadirannya oleh Khayla? Rasanya senang sekali dapat melihat Kejora kembali. Khayla melangkahkan kakinya turun dari ranjang. Dia tidak akan lagi berniat untuk tidur. Dia akan melihat keindahan Kejora sampai pagi nanti. Tidak akan dilewatkan begitu saja olehnya. Cepat-cepat Khayla membuka jendela kamarnya. Udara yang sedikit dingin menyentuh kulitnya. Khayla menatap langit malam yang entah kenapa ada begitu banyak bintang yang menghiasinya meskipun hanya ada satu bintang yang bersinar paling terang. Kejora. Bintang yang paling unggul di antara ribuan bintang lainnya. Bintang yang membuat iri bintang-bintang yang lainnya.
“Kejoramu sudah terlihat”
DUKKK.
Bunyi kepala Khayla yang terbentur bingkai jendela terdengar keras dan menyakitkan kepala Khayla. Mendengar suara berat yang tiba-tiba muncul membuat Khayla sangat terkejut dan membuat kepalanya terbentur.
Tangan seseorang dengan cepat membelai lembut kepala Khayla yang terbentur, “apa aku membuatmu terkejut?”
Seharusnya Khayla tidak perlu merasa seterkejut itu karena suara yang didengarnya hanyalah suara Fadel, kakak satu-satunya yang dimiliki Khayla. Fadel tersenyum padanya dengan tawa kecilnya. Apakah Fadel juga sedang terbangun? Ataukah memang masih terjaga?
“apa yang kau lakukan di luar sana?”, tanya Khayla pada Fadel.
Fadel kembali menunjukkan senyuman hangatnya pada Khayla, “menikmati malam”
“malam ini Kejoramu terlihat menakjubkan”, ujar Fadel pada Khayla.
“keluarlah, Kejoramu menunggu”

-------------------------------------------------

Fadel memberi Khayla kesempatan untuk menikmati Kejora di luar rumah. Karena jika sendiri, Khayla tidak akan berani. Duduk berdua dengan Fadel di bangku taman belakang rumah memberi kesan tersendiri pada Khayla. Dan Khayla tidak pernah menyadari bahwa dirinya sangat menyayangi kakaknya ini. Fadel jugalah yang memberitahunya mengenai bintang Kejora.
“setelah hujan semalam, udara menjadi lebih dingin”, ujar Fadel. Khayla tidak begitu mendengarkan perkataan Fadel. Memang benar, karena hujan semalam udara menjadi lebih dingin dari biasanya. Dan sisa-sisa hujan masih terlihat. Rumput-rumput dan tanah yang basah.
“seharusnya aku memberitahumu untuk mengenakan jaket saat keluar”, ujar Fadel lagi pada Khayla. Kali ini Khayla menoleh pada Fadel. Khayla bahkan tidak terlalu menyadari kalau Fadel mengenakan jaket tipis. Dia membuka jaketnya itu lalu menyampirkannya di bahu Khayla.
“terimakasih sudah memberitahu nama bintangku”, kata Khayla tulus pada Fadel. Fadel menjawabnya dengan senyuman tipis. Mereka bersama-sama menyandarkan kepala mereka pada sandaran bangku. Sehingga mata mereka bisa dengan bebas melihat langit yang bertaburan bintang.
“bintangmu tidak terlihat”, ujar Khayla pada Fadel.
Fadel menoleh sekilas pada Khayla kemudian kembali menatap langit, “bintang itu selalu ada di sana meskipun tidak terlihat”
“kau sangat menyukai Kejora?”, tanya Fadel lagi pada Khayla.
“hmm”
“bagaimana kabar kak Tasya?”, tanya Khayla.
Fadel tersenyum lebar menatap langit mendengar pertanyaan Khayla, “semakin hari semakin cantik”
“kau sangat mencintainya?”
“hmm”
“bagaimana rasanya mencintai seseorang?”, tanya Khayla tanpa mengalihkan pandangannya dari bintang Kejora.
Fadel mengalihkan pandangannya dari langit untuk melihat wajah adiknya, “apa yang kau rasakan saat bersama dengan Rifki?”
“entahlah. Rifki sangat baik dan aku bahagia bersamanya”, jawab Khayla dengan ringan.
Fadel terus memperhatikan adik kecilnya yang sudah semakin dewasa. Dan sangat terkejut melihat Khayla begitu tidak ingin mengalihkan pandangannya dari Kejoranya. Melihat mata Khayla yang sangat bersinar-sinar menatap Kejoranya. Bibirnya yang tidak henti tersenyum pada Kejora. Apakah itu karena dia sangat menyukai Kejora?
“seperti kau menyukai Kejora”
Fadel sudah menebak bahwa jawabannya akan membuat Khayla menoleh padanya. Hanya dalam hitungan satu detik. Wajah Khayla mengungkapkan berbagai macam pertanyaan yang ditimbulkan oleh jawaban Fadel. Matanya seakan mengiba untuk meminta penjelasan pada Fadel.
Fadel seolah tersenyum menang pada Khayla. Membuat Khayla semakin menginginkan penjelasan dari Fadel. Bukan memberikan penjelasan, Fadel mengalihkan pandangannya dari Khayla dan kembali menatap langit.
“apa yang kau rasakan ketika melihat bintang Kejoramu?”
Khayla terdiam.
“mau menyanyikan sebuah lagu bersamaku?”, Fadel kembali bertanya.
Tanpa menunggu jawaban dari Khayla, Fadel menyanyikan sebuah lagu anak-anak.

Ku pandang langit…

Mendengar Fadel bernyanyi, Khayla tergerak untuk mengikutinya.

Penuh bintang bertaburan
Berkelap-kelip seumpama bintang berlian
Tampak sebuah lebih terang cahayanya…

Setelah lirik tersebut, Fadel berhenti menyanyi dan membiarkan Khayla yang melanjutkannya.

Itulah bintangku Bintang Kejora yang indah selalu

----------------------------------------

To        : Kejora_Bintang@yahoo.com
Subject: Lihat Kejora


Aku melihatnya. Kejora.
Tidakkah kau tahu bagaimana perasaanku saat ini?
Entahlah, sulit untuk dijelaskan.
Ini adalah saat paling membahagiakan, seperti bertemu seseorang yang lama kurindukan.
Andai Kejoraku bisa kuraih, akan kupeluk dengan erat.
Dan mengatakan…
Kau milikku
Dapatkah aku menanyakan sesuatu padamu?
Apa yang akan kau rasakan ketika kau mencintai seseorang?


Dapatkah aku menggapaimu, Kejora? 



 Part 2                 Part 4

Tidak ada komentar: