ANDAI
Tidak seperti biasanya, Khayla terbangun dari
tidurnya lebih cepat tiga puluh menit. Biasanya dia akan terbangun pukul empat
dini hari tapi ketika Khayla melirik jam dindingnya, waktu menunjukkan pukul
tiga lewat tiga puluh. Mungkin bintang Kejora masih tidak akan menampakkan
keindahannya, pikir Khayla. Jadi ia berniat untuk kembali melanjutkan tidurnya.
Sebenarnya Khayla hanya ingin menyembunyikan kekecewaannya.
Jendela kamar tidak tertutup oleh gordin, sehingga langit
malam yang terbingkai jendela kamar Khayla bisa terlihat dengan jelas dari
tempat tidurnya. Khayla mengurungkan niatnya untuk kembali tidur. Ia
melihatnya. Ya, Kejora telah menunjukkan sinarnya. Kelihatan begitu indah dan
nyata meskipun dari bingkai jendela kamarnya.
Benarkah itu Kejora yang selalu dinantikan
kehadirannya oleh Khayla? Rasanya senang sekali dapat melihat Kejora kembali. Khayla
melangkahkan kakinya turun dari ranjang. Dia tidak akan lagi berniat untuk
tidur. Dia akan melihat keindahan Kejora sampai pagi nanti. Tidak akan dilewatkan
begitu saja olehnya. Cepat-cepat Khayla membuka jendela kamarnya. Udara yang
sedikit dingin menyentuh kulitnya. Khayla menatap langit malam yang entah
kenapa ada begitu banyak bintang yang menghiasinya meskipun hanya ada satu
bintang yang bersinar paling terang. Kejora. Bintang yang paling unggul di
antara ribuan bintang lainnya. Bintang yang membuat iri bintang-bintang yang
lainnya.
“Kejoramu sudah terlihat”
DUKKK.
Bunyi kepala Khayla yang terbentur bingkai jendela
terdengar keras dan menyakitkan kepala Khayla. Mendengar suara berat yang
tiba-tiba muncul membuat Khayla sangat terkejut dan membuat kepalanya
terbentur.
Tangan seseorang dengan cepat membelai lembut kepala
Khayla yang terbentur, “apa aku membuatmu terkejut?”
Seharusnya Khayla tidak perlu merasa seterkejut itu
karena suara yang didengarnya hanyalah suara Fadel, kakak satu-satunya yang
dimiliki Khayla. Fadel tersenyum padanya dengan tawa kecilnya. Apakah Fadel
juga sedang terbangun? Ataukah memang masih terjaga?
“apa yang kau lakukan di luar sana?”, tanya Khayla
pada Fadel.
Fadel kembali menunjukkan senyuman hangatnya pada
Khayla, “menikmati malam”
“malam ini Kejoramu terlihat menakjubkan”, ujar
Fadel pada Khayla.
“keluarlah, Kejoramu menunggu”
-------------------------------------------------
Fadel memberi Khayla kesempatan untuk menikmati
Kejora di luar rumah. Karena jika sendiri, Khayla tidak akan berani. Duduk
berdua dengan Fadel di bangku taman belakang rumah memberi kesan tersendiri
pada Khayla. Dan Khayla tidak pernah menyadari bahwa dirinya sangat menyayangi
kakaknya ini. Fadel jugalah yang memberitahunya mengenai bintang Kejora.
“setelah hujan semalam, udara menjadi lebih dingin”,
ujar Fadel. Khayla tidak begitu mendengarkan perkataan Fadel. Memang benar,
karena hujan semalam udara menjadi lebih dingin dari biasanya. Dan sisa-sisa
hujan masih terlihat. Rumput-rumput dan tanah yang basah.
“seharusnya aku memberitahumu untuk mengenakan jaket
saat keluar”, ujar Fadel lagi pada Khayla. Kali ini Khayla menoleh pada Fadel. Khayla
bahkan tidak terlalu menyadari kalau Fadel mengenakan jaket tipis. Dia membuka
jaketnya itu lalu menyampirkannya di bahu Khayla.
“terimakasih sudah memberitahu nama bintangku”, kata
Khayla tulus pada Fadel. Fadel menjawabnya dengan senyuman tipis. Mereka
bersama-sama menyandarkan kepala mereka pada sandaran bangku. Sehingga mata
mereka bisa dengan bebas melihat langit yang bertaburan bintang.
“bintangmu tidak terlihat”, ujar Khayla pada Fadel.
Fadel menoleh sekilas pada Khayla kemudian kembali
menatap langit, “bintang itu selalu ada di sana meskipun tidak terlihat”
“kau sangat menyukai Kejora?”, tanya Fadel lagi pada
Khayla.
“hmm”
“bagaimana kabar kak Tasya?”, tanya Khayla.
Fadel tersenyum lebar menatap langit mendengar
pertanyaan Khayla, “semakin hari semakin cantik”
“kau sangat mencintainya?”
“hmm”
“bagaimana rasanya mencintai seseorang?”, tanya
Khayla tanpa mengalihkan pandangannya dari bintang Kejora.
Fadel mengalihkan pandangannya dari langit untuk
melihat wajah adiknya, “apa yang kau rasakan saat bersama dengan Rifki?”
“entahlah. Rifki sangat baik dan aku bahagia
bersamanya”, jawab Khayla dengan ringan.
Fadel terus memperhatikan adik kecilnya yang sudah
semakin dewasa. Dan sangat terkejut melihat Khayla begitu tidak ingin
mengalihkan pandangannya dari Kejoranya. Melihat mata Khayla yang sangat
bersinar-sinar menatap Kejoranya. Bibirnya yang tidak henti tersenyum pada
Kejora. Apakah itu karena dia sangat menyukai Kejora?
“seperti kau menyukai Kejora”
Fadel sudah menebak bahwa jawabannya akan membuat
Khayla menoleh padanya. Hanya dalam hitungan satu detik. Wajah Khayla mengungkapkan
berbagai macam pertanyaan yang ditimbulkan oleh jawaban Fadel. Matanya seakan
mengiba untuk meminta penjelasan pada Fadel.
Fadel seolah tersenyum menang pada Khayla. Membuat
Khayla semakin menginginkan penjelasan dari Fadel. Bukan memberikan penjelasan,
Fadel mengalihkan pandangannya dari Khayla dan kembali menatap langit.
“apa yang kau rasakan ketika melihat bintang
Kejoramu?”
Khayla terdiam.
“mau menyanyikan sebuah lagu bersamaku?”, Fadel kembali
bertanya.
Tanpa menunggu jawaban dari Khayla, Fadel
menyanyikan sebuah lagu anak-anak.
Ku pandang langit…
Mendengar Fadel bernyanyi, Khayla tergerak untuk
mengikutinya.
Penuh bintang bertaburan
Berkelap-kelip seumpama bintang berlian
Tampak sebuah lebih terang cahayanya…
Setelah lirik tersebut, Fadel berhenti menyanyi dan
membiarkan Khayla yang melanjutkannya.
Itulah bintangku Bintang Kejora yang indah selalu
----------------------------------------
To :
Kejora_Bintang@yahoo.com
Subject: Lihat Kejora
Aku
melihatnya. Kejora.
Tidakkah
kau tahu bagaimana perasaanku saat ini?
Entahlah,
sulit untuk dijelaskan.
Ini adalah
saat paling membahagiakan, seperti bertemu seseorang yang lama kurindukan.
Andai
Kejoraku bisa kuraih, akan kupeluk dengan erat.
Dan
mengatakan…
Kau milikku
Dapatkah
aku menanyakan sesuatu padamu?
Apa yang akan kau rasakan ketika kau mencintai seseorang?
Dapatkah aku menggapaimu, Kejora?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar