Sabtu, 20 Oktober 2012

Kejora (part 1)



RINDU


Rindu Purnama
From     : Kejora_Bintang@yahoo.com
To         : Purnama@yahoo.com

Apa kabar Purnama malam ini?
Masihkah ia berselimut awan hitam di langit?
Ataukah Ia terlalu malu untuk menunjukkan sinarnya sehingga Ia selalu bersembunyi di balik awan?
Tahukah kau apa arti dari kata rindu, Purnama?
Kenapa malam sunyi ini aku begitu merindukan Purnama? Purnama yang tidak kunjung datang.
Lalu apa sebenarnya makna dari kata rindu?
Rinduku yang tidak kunjung terbalas, rindu kepada sosok Purnama di langit yang hitam pekat. Rindu akan sinarnya yang mampu membuat iri bintang-bintang di langit.

Apakah aku mencintaimu?

--------------------------------

Sesosok tubuh mungil menggeliat di balik selimut berwarna merah muda. Dan akhirnya tubuh mungil itu keluar dari balik persembunyiannya. Mata kecilnya berkedip-kedip untuk membiasakan matanya kembali. Melihat seisi kamarnya. Jarum jam dinding di kamarnya mengarah pada angka empat. Seekor nyamuk hinggap di lengannya.
“huuufffffpppphhhh”, mulut mungilnya mengerucut berusaha untuk mengusir nyamuk kecil yang hinggap di lengannya.
Gordin kamarnya menari-nari lembut bersama angin. Sejuk. Udara dari luar kamar, masuk melalui celah jendela yang tidak tertutup rapat. Kaki-kaki mungil milik gadis kecil itu melangkah turun dari ranjang. Langkah kakinya terdengar pelan dan bergetar. Tangan mungilnya menggenggam erat pinggir baju tidur yang dikenakannya.
Sentuhan lembut angin yang berhembus dari celah jendela kamarnya menyapu lehernya sehingga membuatnya sedikit tergelitik. Kini tangan mungil itu meraih jendela yang terbuka namun sentuhan angin dari luar kamar, membuatnya tergoda untuk kembali bermain-main dengan angin. Gadis kecil itu melupakan tujuan awalnya untuk mengunci jendela kamar, dia membuka lebar-lebar jendela kamarnya dengan kaki berjinjit. Menutup matanya rapat-rapat dan dengan perlahan melebarkan bibir tipisnya. Angin yang sejuk mencoba menggelitik wajah dan rambutnya.
Merasa cukup puas menikmati hembusan angin, gadis kecil itu membuka kembali kedua kelopak matanya. Matanya kini membulat, nafasnya tertahan. Seekor kunang-kunang tengah berputar-putar di hadapan matanya. Mungkin kunang-kunang tersebut sedang tersesat dan tidak sengaja menghampiri jendela kamarnya. Gadis itu mulai menunjukkan gigi-gigi putihnya. Menikmati ketersesatan kunang-kunang tersebut. Hingga akhirnya kunang-kunang itu terbang meninggalkannya. Namun mata gadis kecil itu masih terus memperhatikan kepergian kunang-kunang tersesat tersebut. Kunang-kunang itu terbang menjauhinya. Terbang ke atas. Terus ke atas. Dan terus ke atas. Hingga menghilang di tengah langit yang gelap.
Kepergian kunang-kunang tersebut, membawa mata mungil gadis itu menatap sesuatu yang lain. Sekarang matanya tidak lagi membulat, namun membelalak takjub. Dia tidak lagi menunjukkan deretan gigi putihnya. Mulutnya terbuka membentuk bulatan.
Langit malam bak lukisan di matanya. Lukisan yang tidak mampu dilukis oleh tangan manusia. Bagaimana bisa di tengah kepekatan malam, di tengah kegelapan yang kelam, cahaya-cahaya kecil menggantung menghiasi atap langit. Atap tak berujung. Entah di mana ujung dari atap langit malam itu. Beberapa bintang mencoba berkedip pada gadis mungil yang tengah menatapnya. Menakjubkan. Namun mata gadis kecil itu hanya tertuju pada satu bintang. Satu bintang yang terlihat paling terang di antara yang lainnya. Satu bintang yang paling menarik perhatiannya.
“apa kau terbangun?”, suara bass seseorang bertanya dari balik punggung gadis mungil itu.
Gadis itu menoleh ke belakang dan mendapati kakaknya tengah berjongkok menyamakan tingginya. Gadis kecil itu tersenyum manis menyambut kakaknya. Fadel, kakaknya sudah bergerak ke samping adik kecilnya. Ikut menonton bintang-bintang yang menghiasi langit malam.
“yang itu bintang milikku”, suara gadis kecil itu memecah ketenangan di antara mereka. Telunjuknya menunjuk pada salah satu bintang yang sejak tadi diperhatikan olehnya. Bintang yang terlihat paling terang di antara yang lain.
Fadel tersenyum menatap adik kecilnya, “kalau begitu, bintangku yang disebelah bintangmu”, telunjuk Fadel menunjuk pada bintang yang berada tepat di samping bintang yang ditunjuk adiknya.
“bintangku lebih terang”, ujar adiknya lagi dengan senang.
“maukah kuberi tahu nama bintangmu?”, kata Fadel sembari menyampirkan rambut adiknya ke telinga.
Adiknya mengangguk dengan cepat. Wajahnya kelihatan sangat antusias untuk mendengar perkataan Fadel selanjutnya. “apakah bintangku memiliki nama?”, tanyanya pada Fadel dengan riang.
Fadel mengangguk sambil tersenyum geli pada adik kecilnya itu, “tentu saja”
“kalau begitu beritahu aku siapa nama bintangku”, desak adik kecilnya padanya.
“namanya Kejora. Bintang Kejora”

-------------------------------

Khayla mengerjapkan matanya. Dia masih berada di dalam kamar yang sama. Hanya dekorasinya yang berubah. Kamarnya masih sangat gelap karena lampunya dimatikan. Khayla tahu dia hanya bermimpi. Tapi bukan hanya sekedar mimpi. Kejadian itu adalah potongan kenangan masa kecilnya. Tangan Khayla bergerak menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Kemudian menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang. Khayla melirik sekilas pada jam dinding yang tergantung di dinding kamarnya. Pukul empat dini hari. Khayla menatap jendela kamarnya yang tertutup rapat oleh gordin.
Khayla membuka gordin yang menutupi jendela kamarnya. Jendelanya masih tertutup rapat. Tangan Khayla menarik kunci jendela sehingga jendela terbuka lebar. Membiarkan angin malam masuk ke dalam kamarnya. Udara masih terasa sangat sejuk. Namun tidak ada kunang-kunang tersesat. Khayla mendongakkan wajahnya. Menatap pada langit malam yang gelap. Beberapa bintang masih dapat terlihat olehnya. Khayla menghembuskan nafas kecewa. Bintangnya tidak terlihat.
Khayla membiarkan jendela kamarnya tetap terbuka sementara ia duduk di depan meja belajarnya yang berada dekat dengan jendela. Menyalakan laptop kesayangannya. Mencolokkan modem ke laptopnya. Setelah mengklik kata ‘connect’, Khayla membuka akun emailnya.
Dalam kotak inbox dalam emailnya terdapat beberapa email yang baru masuk dan belum dibaca olehnya. Namun hanya ada satu email yang ingin dibaca oleh Khayla. Satu email yang membuat Khayla membuka akun emailnya saat ini.
From     : Kejora_Bintang@yahoo.com
Subjek  : Rindu Purnama
Dengan segera Khayla mengklik email masuk dengan subject ‘Rindu Purnama’ tersebut.

-----------------------------

To        : Kejora_Bintang@yahoo.com
Subject: Rindu Kejora

Apa itu rindu?
Entahlah, aku sendiri merasakan rindu yang tidak kumengerti.
Masihkah Kejora bersembunyi dalam kegelapan langit malam?
Dan malam ini aku begitu merindukan kehadirannya.
Teringat akan kunang-kunang tersesat yang mengantarkanku pada Kejora.
Benarkah kunang-kunang itu tersesat?
Ataukah Kejora yang telah mengirimkan kunang-kunang untuk menunjukkan jalanku padanya?
Apakah saat ini Kejora sedang tersenyum geli karena kerinduanku padanya?

Dapatkah aku menggapaimu, Kejora?

Khayla mengklik ‘send’ dan pesan pun terkirim.
Pada siapakah Khayla berkirim surat elektronik tersebut? Entahlah. Dia sendiri tidak pernah mengetahui siapa yang selama ini berkirim surat elektronik dengannya. Mereka bertemu dengan tidak sengaja pada sebuah chat room. Kemudian berlanjut dengan saling berkirim email. Namun pada awal perbincangan mereka, terdapat sebuah perjanjian bahwa mereka tidak akan pernah saling memberitahu identitas mereka yang sesungguhnya. Ya, memang seperti itulah pertemanan di dunia maya.
Pertemanan? Khayla mentertawakan dirinya sendiri. Hubungan mereka bukan lagi sebagai sebuah pertemanan. Mereka sepasang kekasih di dunia maya. Jika seseorang memiliki kekasih khayalan. Maka Khayla memiliki kekasih dunia maya. Pada kenyataan mereka sama-sama tidaklah nyata. Dan yang lebih menggelikan lagi, Khayla sudah menjalaninya selama hampir satu tahun.
Khayla telah jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah dilihatnya. Seseorang yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. Siapa namanya, di mana ia tinggal, dan segalanya. Khayla tidak mengetahui apapun mengenai seseorang itu. Satu-satunya yang diketahui Khayla adalah bahwa seseorang yang dicintainya itu pastilah seorang pria. Dan satu-satunya yang Khayla percaya adalah bahwa dirinya telah jatuh cinta pada setiap kata yang ditulis pria itu.
Dan apakah dunia harus penuh dengan sebuah kebetulan? Awal perkenalan Khayla dengan pria itu, Khayla tidak pernah tahu bahwa pria itu mengenakan alamat email dengan nama Kejora_Bintang. Apakah ini hanyalah sebuah kebetulan? Ataukah Khayla yang sudah menariknya karena dia sendiri telah menggunakan nama Purnama?
Adakah keinginan untuk saling bertemu? Entahlah. Khayla sendiri masih belum memikirkan pertemuannya dengan kekasih dunia mayanya itu. Khayla hanya akan membiarkan semua berjalan apa adanya. 




   Part 2

Tidak ada komentar: