RINDU
Rindu Purnama
From : Kejora_Bintang@yahoo.com
To : Purnama@yahoo.com
Apa kabar Purnama malam ini?
Masihkah ia berselimut awan hitam di
langit?
Ataukah Ia terlalu malu untuk
menunjukkan sinarnya sehingga Ia selalu bersembunyi di balik awan?
Tahukah kau apa arti dari kata rindu,
Purnama?
Kenapa malam sunyi ini aku begitu
merindukan Purnama? Purnama yang tidak kunjung datang.
Lalu apa sebenarnya makna dari kata
rindu?
Rinduku yang tidak kunjung terbalas,
rindu kepada sosok Purnama di langit yang hitam pekat. Rindu akan sinarnya yang
mampu membuat iri bintang-bintang di langit.
Apakah aku mencintaimu?
--------------------------------
Sesosok
tubuh mungil menggeliat di balik selimut berwarna merah muda. Dan akhirnya
tubuh mungil itu keluar dari balik persembunyiannya. Mata kecilnya
berkedip-kedip untuk membiasakan matanya kembali. Melihat seisi kamarnya. Jarum
jam dinding di kamarnya mengarah pada angka empat. Seekor nyamuk hinggap di lengannya.
“huuufffffpppphhhh”,
mulut mungilnya mengerucut berusaha untuk mengusir nyamuk kecil yang hinggap di
lengannya.
Gordin
kamarnya menari-nari lembut bersama angin. Sejuk. Udara dari luar kamar, masuk
melalui celah jendela yang tidak tertutup rapat. Kaki-kaki mungil milik gadis
kecil itu melangkah turun dari ranjang. Langkah kakinya terdengar pelan dan
bergetar. Tangan mungilnya menggenggam erat pinggir baju tidur yang
dikenakannya.
Sentuhan
lembut angin yang berhembus dari celah jendela kamarnya menyapu lehernya
sehingga membuatnya sedikit tergelitik. Kini tangan mungil itu meraih jendela
yang terbuka namun sentuhan angin dari luar kamar, membuatnya tergoda untuk
kembali bermain-main dengan angin. Gadis kecil itu melupakan tujuan awalnya
untuk mengunci jendela kamar, dia membuka lebar-lebar jendela kamarnya dengan
kaki berjinjit. Menutup matanya rapat-rapat dan dengan perlahan melebarkan
bibir tipisnya. Angin yang sejuk mencoba menggelitik wajah dan rambutnya.
Merasa
cukup puas menikmati hembusan angin, gadis kecil itu membuka kembali kedua
kelopak matanya. Matanya kini membulat, nafasnya tertahan. Seekor kunang-kunang
tengah berputar-putar di hadapan matanya. Mungkin kunang-kunang tersebut sedang
tersesat dan tidak sengaja menghampiri jendela kamarnya. Gadis itu mulai
menunjukkan gigi-gigi putihnya. Menikmati ketersesatan kunang-kunang tersebut. Hingga
akhirnya kunang-kunang itu terbang meninggalkannya. Namun mata gadis kecil itu
masih terus memperhatikan kepergian kunang-kunang tersesat tersebut. Kunang-kunang
itu terbang menjauhinya. Terbang ke atas. Terus ke atas. Dan terus ke atas.
Hingga menghilang di tengah langit yang gelap.
Kepergian
kunang-kunang tersebut, membawa mata mungil gadis itu menatap sesuatu yang
lain. Sekarang matanya tidak lagi membulat, namun membelalak takjub. Dia tidak
lagi menunjukkan deretan gigi putihnya. Mulutnya terbuka membentuk bulatan.
Langit
malam bak lukisan di matanya. Lukisan yang tidak mampu dilukis oleh tangan
manusia. Bagaimana bisa di tengah kepekatan malam, di tengah kegelapan yang kelam,
cahaya-cahaya kecil menggantung menghiasi atap langit. Atap tak berujung. Entah
di mana ujung dari atap langit malam itu. Beberapa bintang mencoba berkedip
pada gadis mungil yang tengah menatapnya. Menakjubkan. Namun mata gadis kecil
itu hanya tertuju pada satu bintang. Satu bintang yang terlihat paling terang
di antara yang lainnya. Satu bintang yang paling menarik perhatiannya.
“apa
kau terbangun?”, suara bass seseorang bertanya dari balik punggung gadis mungil
itu.
Gadis
itu menoleh ke belakang dan mendapati kakaknya tengah berjongkok menyamakan
tingginya. Gadis kecil itu tersenyum manis menyambut kakaknya. Fadel, kakaknya
sudah bergerak ke samping adik kecilnya. Ikut menonton bintang-bintang yang
menghiasi langit malam.
“yang
itu bintang milikku”, suara gadis kecil itu memecah ketenangan di antara
mereka. Telunjuknya menunjuk pada salah satu bintang yang sejak tadi
diperhatikan olehnya. Bintang yang terlihat paling terang di antara yang lain.
Fadel
tersenyum menatap adik kecilnya, “kalau begitu, bintangku yang disebelah
bintangmu”, telunjuk Fadel menunjuk pada bintang yang berada tepat di samping
bintang yang ditunjuk adiknya.
“bintangku
lebih terang”, ujar adiknya lagi dengan senang.
“maukah
kuberi tahu nama bintangmu?”, kata Fadel sembari menyampirkan rambut adiknya ke
telinga.
Adiknya
mengangguk dengan cepat. Wajahnya kelihatan sangat antusias untuk mendengar
perkataan Fadel selanjutnya. “apakah bintangku memiliki nama?”, tanyanya pada
Fadel dengan riang.
Fadel
mengangguk sambil tersenyum geli pada adik kecilnya itu, “tentu saja”
“kalau
begitu beritahu aku siapa nama bintangku”, desak adik kecilnya padanya.
“namanya
Kejora. Bintang Kejora”
-------------------------------
Khayla
mengerjapkan matanya. Dia masih berada di dalam kamar yang sama. Hanya
dekorasinya yang berubah. Kamarnya masih sangat gelap karena lampunya
dimatikan. Khayla tahu dia hanya bermimpi. Tapi bukan hanya sekedar mimpi. Kejadian
itu adalah potongan kenangan masa kecilnya. Tangan Khayla bergerak menyingkirkan
selimut yang menutupi tubuhnya. Kemudian menurunkan kedua kakinya dari atas
ranjang. Khayla melirik sekilas pada jam dinding yang tergantung di dinding
kamarnya. Pukul empat dini hari. Khayla menatap jendela kamarnya yang tertutup
rapat oleh gordin.
Khayla
membuka gordin yang menutupi jendela kamarnya. Jendelanya masih tertutup rapat.
Tangan Khayla menarik kunci jendela sehingga jendela terbuka lebar. Membiarkan
angin malam masuk ke dalam kamarnya. Udara masih terasa sangat sejuk. Namun
tidak ada kunang-kunang tersesat. Khayla mendongakkan wajahnya. Menatap pada
langit malam yang gelap. Beberapa bintang masih dapat terlihat olehnya. Khayla menghembuskan
nafas kecewa. Bintangnya tidak terlihat.
Khayla
membiarkan jendela kamarnya tetap terbuka sementara ia duduk di depan meja
belajarnya yang berada dekat dengan jendela. Menyalakan laptop kesayangannya. Mencolokkan
modem ke laptopnya. Setelah mengklik kata ‘connect’, Khayla membuka akun
emailnya.
Dalam
kotak inbox dalam emailnya terdapat beberapa email yang baru masuk dan belum
dibaca olehnya. Namun hanya ada satu email yang ingin dibaca oleh Khayla. Satu
email yang membuat Khayla membuka akun emailnya saat ini.
From : Kejora_Bintang@yahoo.com
Subjek : Rindu
Purnama
Dengan segera Khayla mengklik email masuk dengan subject ‘Rindu Purnama’ tersebut.
-----------------------------
To : Kejora_Bintang@yahoo.com
Subject: Rindu Kejora
Apa itu rindu?
Entahlah, aku sendiri merasakan rindu yang tidak
kumengerti.
Masihkah Kejora bersembunyi dalam kegelapan langit
malam?
Dan malam ini aku begitu merindukan kehadirannya.
Teringat akan kunang-kunang tersesat yang
mengantarkanku pada Kejora.
Benarkah kunang-kunang itu tersesat?
Ataukah
Kejora yang telah mengirimkan kunang-kunang untuk menunjukkan jalanku padanya?
Apakah
saat ini Kejora sedang tersenyum geli karena kerinduanku padanya?
Dapatkah
aku menggapaimu, Kejora?
Khayla mengklik ‘send’ dan pesan pun terkirim.
Pada siapakah Khayla berkirim surat elektronik
tersebut? Entahlah. Dia sendiri tidak pernah mengetahui siapa yang selama ini
berkirim surat elektronik dengannya. Mereka bertemu dengan tidak sengaja pada
sebuah chat room. Kemudian berlanjut dengan saling berkirim email. Namun pada
awal perbincangan mereka, terdapat sebuah perjanjian bahwa mereka tidak akan pernah
saling memberitahu identitas mereka yang sesungguhnya. Ya, memang seperti
itulah pertemanan di dunia maya.
Pertemanan? Khayla mentertawakan dirinya sendiri. Hubungan
mereka bukan lagi sebagai sebuah pertemanan. Mereka sepasang kekasih di dunia
maya. Jika seseorang memiliki kekasih khayalan. Maka Khayla memiliki kekasih dunia
maya. Pada kenyataan mereka sama-sama tidaklah nyata. Dan yang lebih
menggelikan lagi, Khayla sudah menjalaninya selama hampir satu tahun.
Khayla telah jatuh cinta pada seseorang yang tidak
pernah dilihatnya. Seseorang yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. Siapa
namanya, di mana ia tinggal, dan segalanya. Khayla tidak mengetahui apapun mengenai
seseorang itu. Satu-satunya yang diketahui Khayla adalah bahwa seseorang yang
dicintainya itu pastilah seorang pria. Dan satu-satunya yang Khayla percaya
adalah bahwa dirinya telah jatuh cinta pada setiap kata yang ditulis pria itu.
Dan apakah dunia harus penuh dengan sebuah kebetulan?
Awal perkenalan Khayla dengan pria itu, Khayla tidak pernah tahu bahwa pria itu
mengenakan alamat email dengan nama Kejora_Bintang. Apakah ini hanyalah sebuah
kebetulan? Ataukah Khayla yang sudah menariknya karena dia sendiri telah
menggunakan nama Purnama?
Adakah keinginan untuk saling bertemu? Entahlah.
Khayla sendiri masih belum memikirkan pertemuannya dengan kekasih dunia mayanya
itu. Khayla hanya akan membiarkan semua berjalan apa adanya.
Part 2
Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar