Selasa, 11 Desember 2012

Gue, “SayHivi”


Tulisan gue yang ini sebenernya nyambung sama tulisan gue yang sebelumnya Raja Ampat (My Dream). Malem sebelum gue seminar, temen gue yang bernama Dessy ngasih tau ke gue kalo ada Hivi di Detos (Depok Town Square) di acara Biore Face My Day. Gue sih iya-iya ke dia. Gue sebenernya suka jalan, suka maen-maen nggak jelas asal ada temennya aja hahaha. Eeeh malem itu juga gue nonton jacktv dan ada Hivi yang lagi diwawancara.
Nah, acara seminar sebenernya udah selesai tuh. Tapi sertifikatnya ditahan panitia dan kita harus ngikutin acara penutupannya sampe selesai. Males banget kan nunggu lama-lama. Dan temen gue itu maksa-maksa gue buat nemenin dia buat nonton Hivi. Sejujurnya gue galau abis, temen-temen gue nggak ada yang mau ikut. Dan akhirnya temen gue itu berhasil membujuk gue biar mau ikut sama dia. Yaudah deh gue cabut berdua sama dia.
Tapiii…. Kalo mau masuk ternyata harus cuci muka dulu. Sumpah males banget gue disuruh-suruh cuci muka. Jadi kita berdua berdiri aja di depan pintu masuknya, kali aja ada kesempatan emas masuk tanpa cuci muka haha. Dan akhirnya kesempatan emas itu dateng juga. Mas-mas yang pake kaos panitia gitu ngebolehin kita masuk tapi harus ngisi notes gitu. Kita iya-iya aja dah, yang penting bisa masuk ^_^
Waaaah akhirnya masuk juga.
Pas banget dah, nggak lama kita masuk Hivi langsung naek panggung. Pertama kali yang naek panggung adalah Febri, gitarisnya Hivi. Waaaah ternyata cakep juga, itu yang ada di otak gue pertama kali. Hahaha. Padahal waktu itu gue nggak kenal juga sama semua personilnya, yang gue tau itu cuma vokalisnya, Ilham.
Dan gue bener-bener kayak orang bego yang nyengir-nyengir nggak jelas. Selama Hivi tampil, gue cuma mangap-mangap nggak jelas karena gue nggak tau lagu-lagunya. Setiap Ilham nyuruh teriak-teriak apaan tau, gue ikut-ikutan aja teriak-teriak. Di suruh angkat tangan, ya gue angkat tangan. Di suruh lompat-lompat, gue juga nurut. Udah kayak bebek yang lagi digiring aja dah gue dan penonton lainnya. Tapi gue enjoy-enjoy sama sambil foto-foto nggak jelas haha.
Ini dia hasil jepretan gue.

























Raja Ampat (My Dream)


Hari minggu, tanggal 9 Desember kemaren gue ikut seminar Biodiversitas di UI.

Awalnya gue cuma iseng aja sih nggak ada kerjaan hehe. Daripada kerjaan gue nggak pernah jelas, jadi mendingan gue ikut temen-temen gue seminar. Sekalian nambah pengalaman dan jalan-jalan.

Seminar yang gue datengin ini berjudul “zamrud khatulistiwa yang terlupakan”. Gue baru sadar kalau ternyata judulnya itu dalem banget. Sedalem jurang. Nggak. Mungkin lebih dalem :D
Zamrud Khatulistiwa merupakan julukan bagi negara Indonesia. Gue harap lo-lo pada yang baca ini tahu kalau Indonesia punya julukan sebagai Zamrud Khatulistiwa. Kalo nggak tau, mending ke laut aja dah lo. Jangan tinggal di Indonesia. Atau kalo nggak mau dilempat ke laut, mending lo buka tuh si Mbah Google terus ketik Zamrud Khatulistiwa abis itu lo klik search. Cari dah tuh sendiri.

Mengingat bahwa Indonesia mendapati julukan Zamrud Khatuliswa, tentunya banyak kekayaan alam yang juga dimiliki Indonesia. Dari seminar ini, gue mendapatkan beberapa ilmu yang sangat bermanfaat. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan alam berlimpah di dunia. Memiliki kekayaan alam hayati terbanyak kelima di dunia.
Dan gue bener-bener sadar. INDONESIA NEGARA YANG INDAH GUYS.

Buka mata dah gue, yang hidup cuma di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Indonesia bukan cuma Jakarta. Banyak pulau-pulau terpencil yang sangat indah.
Dari seminar ini, salah seorang pembicara mempresentasikan mengenai penelitiannya di kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Jujur, gue baru denger nih nama kepulauan. Mungkin gue aja sih yang odong haha. Beliau membicarakan mengenai berbagai macam hewan-hewan laut dan darat yang ada di sana. Dan gue bener-bener takjub. That Amazing. Apalagi liat foto-foto kepulauan itu.

Kepulauan Raja Ampat ini memiliki 4 pulau besar yaitu Waigeo, Salawati, Batanta, dan Misool. Konon ceritanya, kepulauan Raja Ampat ini dulunya memiliki satu raja yang menguasai 4 pulau besar itu, begitulah mengapa kepulauan ini dinamakan Raja Ampat. Dan konon ceritanya lagi, masyarakat asli sana percaya bahwa Raja yang menguasai 4 kepulauan itu berasal dari telur. Jangan bengong weeey. Gue juga bingung. Bagaimana bisa seorang raja berasal dari sebuah telur?? Tapi itulah kepercayaan yang masyarakat sana miliki.

Disinilah gue mulai merencanakan mimpi baru gue. Selama ini gue hanya bermimpi untuk bisa menjelajahi berbagai macam benua, negara-negara di luar Indonesia. Sekarang gue juga bermimpi untuk bisa menjelajahi pulau-pulau indah yang ada di Indonesia. Dan gue berharap gue bisa berpartisipasi dalam pemeliharaan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Menjaga keindahan alam yang dimiliki Indonesia, negara gue sendiri. Kalau bukan dari kita sendiri, siapa lagi yang mau menjaga aset berharga negara ini?

.
Sang moderator yang cantik pun menyampaikan pesannya yang terakhir, yang mungkin akan terekam dengan jelas di otak gue. Dan akan gue tulis dalam salah satu list mimpi-mimpi gue.
Dia bilang, “pasang peta di kamar kalian masing-masing dan tulis LUSA SAYA AKAN KE RAJA AMPAT”

Dan inilah RAJA AMPAT 

http://www.indonesia.travel/id/destination/248/raja-ampat


Single?? Why Not??!!!


Udah ketebak banget kalau yang nulis ini pasti sedang dalam status Single.
Gue cuma lagi berfikir, Single? Kenapa nggak?
Single hanyalah sebuah status. Nggak akan berdosa juga jika kalian menyandang status itu. Dan yang pasti kalian nggak akan mati hanya karena kalian Single.
Hello hidup ini sebuah pilihan. Kalian berhak memilih. Kalian berhak menentukan.
Nggak ada yang salah dengan status Single. Kalian hanya belum menemukan seseorang yang tepat untuk mencopot status itu dari kalian.
Mungkin kadang kalian berpikir juga kalau mempunyai seorang pacar atau apalah itu akan lebih menyenangkan. Tapi kalian juga jangan terlalu merasa frustasi hanya karena kalian tidak memiliki seorang pacar.
Kalau buat gue sendiri, gue akan lebih frustasi kalau seandainya gue nggak punya seorangpun sahabat di dunia ini. Sahabat segalanya guys. Sama siapa lagi kalian berkeluh kesah jika bukan dengan sahabat kalian.  Dan satu hal yang harus kalian ingat, sebelum atau tanpa adanya kekasih kalian itu, sahabat kalian yang paling berperan menemani hari-hari kalian. So, nggak ada pacar gue masih punya banyak sahabat. Bukankah itu jauh lebih menyenangkan?
Oke, terkadang emang ada sisi gue yang menginginkan kehadiran ‘seseorang’. Tapi setelah gue pikir-pikir kembali, gue lebih baik memilih terus berpetualang dengan kesendirian gue sampai gue bener-bener menemukan seseorang yang tepat untuk berada di samping gue.
Gue bukan cewek yang langsung pasang harga obral hanya karena menginginkan status Single gue lepas. Gue masih punya hak untuk memilih, bukan hanya dipilih. Dan di tengah kesibukan gue kuliah, rasanya sendiri itu mungkin akan jauh lebih baik. Apalagi gue bukan orang yang bisa mengatur waktu dengan baik. Dan gue paling nggak suka kalau ada orang yang mengganggu waktu gue. Gue butuh bernafas. Bernafas dari tugas-tugas kuliah gue yang menumpuk. Gue juga butuh istirahat. Bukan berarti gue akan selalu punya waktu untuk seorang cowok.
Mungkin harus gue akui juga kalau tanpa disadari gue telah memasang patokan yang cukup tinggi untuk seseorang yang akan gue pilih. Dan gue sadar betul kalau gue nggak akan mampu mendapatkan apa yang gue inginkan. Gue mencoba. Mencoba untuk mencari yang lebih baik bukan hanya dari apa yang gue inginkan. Tapi gue rasa untuk saat ini gue masih belum bisa melepaskan keinginan gue itu.
Satu hal yang membuat gue tersadar akan sesuatu. Gue bukan tipe cewek yang suka berpetualang dengan perasaan orang lain. Gue bukan cewek yang senang berkelana dengan menjajaki beberapa cowok. Atau banyak cowok.
Gue normal. Gue suka sama cowok. Tapi gue akan merasa takut dan aneh jika ada cowok yang nggak gue sukai berusaha mendekati gue. Ternyata gue pun masih memilih-memilih cowok mana dan siapa yang akan dekat dengan gue. Jadi, selama ini gue hanya mencoba untuk menghindar dan menjauh. Gue nggak tau sebenarnya ini semua salah siapa? Mungkinkah ini salah gue? Atau mungkin juga hanya karena tidak ada yang sesuai dengan keinginan gue?
Sebenarnya gue juga nggak mau menyalahkan diri sendiri. Gue akan lebih suka kalau gue menyalahkan keadaan. Hanya saja gue belum menemukan seseorang yang tepat. Seseorang yang membuat gue nyaman berada di dekatnya. Bukan perasaan takut. Bukan perasaan aneh. Atau perasaan apapun itu yang mengganggu gue.
Dan gue merasa perasaan sendiri itu jauh lebih baik daripada harus terjebak dengan perasaan yang aneh.
Jadi, buat semuanya yang Single. Jangan takut. Perjalanan masih panjang. Yakinlah suatu saat nanti pasti akan datang seseorang yang benar-benar tepat untuk kalian.
Apapun status kalian. Berbahagialah. Kebahagiaan bukan hanya untuk mereka yang berpasangan. Jadi, temukanlah kebahagiaan kalian sampai takdir mempertemukan kalian dengan seseorang yang akan menjadi jodoh kalian.
Keep Smile  ^_^

Jumat, 07 Desember 2012

Kejora (part 9)

LILIN KECIL
        


            Cinta
From: Kejora_Bintang@yahoo.com
To: Purnama@yahoo.com

Bagaimana dengan Venus?
Sekarang apa lagi yang ingin kau ketahui?
Tidak ada takdir lain untuk kita
Dan misteri cinta telah terungkap
Kuharap kau akan terus menyukai langit

Aku sangat mencintaimu, Khayla

---------------------------

Mereka berbaring di hamparan rumput. Lapangan rumput yang cukup luas. Dengan atap langit malam yang terbentang jauh lebih luas. Dan mereka tengah menatap luasnya langit malam itu. Entah di mana letaknya keberadaan mereka, Khayla tidak mengetahuinya dengan pasti. Jojo yang sudah membawanya ke sana.
“ibuku juga menyukai langit malam sama sepertimu”, ujar Jojo pada Khayla.
“karenanya dia memberiku nama Bintang Kejora”
Jojo beralih menatap Khayla, “kau berhasil menemukanku”, katanya dengan senyuman manisnya.
“bagaimana bisa kau menemukanku?”, tanya Khayla pada Jojo.
Jojo kembali tersenyum hangat, “entahlah. Pertama kali aku melihatmu, aku merasa seperti bertemu seseorang yang sudah lama ingin kutemui”
“dan aku senang kau tidak mengucapkan selamat tinggal saat itu”
“aku.. aku tidak ingin mengucapkan kata-kata itu padamu”, jawab Khayla.
“Kejora”
“hmm”
“Kejora”
Jojo menoleh menatap Khayla dan tersenyum tipis, “kenapa kau terus memanggilku?”
“kau Bintang Kejoraku”
“apa kau tahu bahwa Kejora bukanlah sebuah bintang?
Dia sebuah planet. Planet cantik bernama venus. Aku adalah Kejora. Kejora yang bersembunyi dalam kecantikan venus. Maka Kejora dan Venus adalah sebuah kesatuan. Jika aku adalah kejora, maka kau adalah venus”, ujar Jo pada Khayla.
“seperti menyukai Kejora”, ucap Khayla pada dirinya sendiri. Teringat akan kata-kata Fadel padanya.
“boleh aku menjawab pertanyaanmu?”, tiba-tiba saja Jo menolehkan kepalanya dan menatap Khayla dengan tatapan matanya yang teduh.
Khayla hanya terdiam. Terpaku akan tatapan mata Jo.
“rasanya jatuh cinta adalah seperti kau berhasil menemukan cahaya dalam kegelapan hatimu”, bisik Jo bersamaan dengan hembusan angin malam yang melewati telinga Khayla dengan lembut.
Untuk kemudian, Jo memejamkan matanya. Sekarang Khayla merasa bingung dengan apa yang sedang dilakukan Jo. Namun melihat senyuman Jo yang mengembang, Khayla seakan tidak perlu merasa bingung atau khawatir pada apapun.
‘benarkah yang ada di hadapannya sekarang adalah Kejora?’
Khayla hanya terus tersenyum menatap Jo. Sementara Jo masih tetap memejamkan matanya dengan senyuman bibirnya. Sepertinya Khayla berharap agar Jo tetap memejamkan matanya dan dia bisa dengan bebas memandangi Kejoranya. Memperhatikan setiap lekukan wajah Jo.
dia sangat dekat. Berada tepat di hadapannya. Bisakah Khayla meraihnya? Menyentuhnya…’
Ketika Jo mulai menggerakkan kelopak matanya, Khayla kembali beralih untuk menatap langit. ‘rasanya menyukai Kejora tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata. Sebuah rasa yang tidak pernah terdefinisikan. Maka seperti itu juga aku menyukainya, beginikah rasanya mencintai seseorang?’
“kaulah lilin-lilin kecil itu”
Suara Jo membuat Khayla kembali menoleh padanya. Jo masih menatap Khayla dengan tatapan bahagia. Namun Khayla hanya mengerutkan dahinya.
“kau lilin kecil yang selalu kunyanyikan”, ujar Jo pada Khayla.
Khayla berusaha untuk meraih wajah Jo, namun diurungkannya kembali, “aku tidak cukup terang untuk menyinari duniamu”
Jo menggelengkan kepalanya, “memang tidak”, jawab Jo lalu memalingkan wajahnya dari Khayla dan hanya menatap langit. Cukup lama Khayla menunggu dan sedikit kecewa dengan jawaban yang diucapkan Jo sebelumnya.
Namun Jo masih melanjutkan perkataannya setelah cukup lama terdiam, “karena sinarmu hanya cukup untuk menerangi hatiku”
“aku akan meleleh dan tidak akan lagi memberikan cahayanya padamu”
Jo menggeleng dan dengan gerakan cepat memiringkan tubuhnya menghadap Khayla. Tidak ada lagi jarak di antara mereka. Dan membuat Khayla tidak bisa mengendalikan detak jantungnya.
‘kurasa aku lebih menyukai Bintang Kejora yang ada di hadapanku dibandingkan Kejoraku yang berada di langit malam’
“selama kau berada di sisiku, maka lilin kecil itu tidak akan pernah padam ataupun meleleh. Kau adalah lilin abadi yang kumiliki”, sahut Jo dan meskipun tangannya sedikit bergetar, ia mencoba untuk meraih wajah Khayla.
Dalam kesunyian malam, terdengar sangat jelas dua detak jantung yang saling berdetak cepat.
‘tanpamu.. aku tidak akan pernah menjadi Bintang Kejora’
Jo mendekatkan bibirnya pada bibir Khayla. Kembali lagi mempertemukan kedua bibir mereka. Lembut dan mesra. Mereka hanya berpikir bahwa hanya ada mereka berdua. Tidak ada yang melihatnya. Namun mereka salah. Ribuan bintang di langit malam menyaksikan kemesraan mereka. Bahkan sang bulan menunjukkan kecemburuannya pada mereka. Dengan perlahan dia menyembunyikan dirinya di balik awan hitam.
Tidak ada yang perlu mereka takutkan. Tidak ada lagi kegelapan yang harus mereka takuti. Karena sebuah cahaya telah saling mereka miliki.
Jo memeluk tubuh Khayla dengan erat. Hangat dan begitu lembut. Hingga Khayla merasakan kenyamanan yang tidak pernah didapatkan sebelumnya. Inikah dunia normal itu? kenapa rasanya begitu sangat indah? Dan… nyata. Detak jantungnya. Getar tubuhnya. Aliran darahnya. Kehangatannya. Hembusan nafasnya. Pelukannya. Bahkan bibir lembutnya.

---------------------------------

Menggapaimu
From: Purnama@yahoo.com
To: Kejora_Bintang@yahoo.com

Berapa kalikah aku harus meyakinkan diriku?
Meyakinkan diriku sendiri bahwa semuanya bukanlah mimpi
Benarkah ini sebuah takdir?
Kenapa rasanya seperti sebuah keajaiban?
Aku bahkan tidak memiliki sayap
Namun aku dapat terbang..
Terbang dan menggapaimu..
Ini bahkan lebih indah dari sebuah mimpi
Karena jari-jariku dapat menyentuhmu
 Aku telah menggapaimu, Kejora




End_

Minggu, 25 November 2012

Kejora (part 8)



BINTANG KEJORA


Mencari
From    : Purnama@yahoo.com
To        : Kejora_Bintang@yahoo.com

Mungkinkah takdir akan berubah?
Apakah kita telah berjanji untuk mencari takdir?
Jika aku tidak dapat menemukan takdir itu..
Maka hanya akan berarti Kejora tidak pernah ada
Tanpa sadar aku hanya bergerak dalam diam
Sekarang aku mengerti,
Aku akan mencarinya.
Mencari takdir itu.
Aku akan segera menemukannya.

Dapatkah aku menggapaimu, Kejora?


Dia membaca email masuk di inbox akun emailnya. Bibirnya melebar, menunjukkan seulas senyum. Dia memang berharap akan menerima balasan seperti itu. Dia langsung menutup layar laptopnya. Tanpa membalas kembali email tersebut. Mengambil sebuah gitar yang disandarkan di dinding kamarnya.
Takdir itu..
Kau akan menemukannya.
Aku berjanji.

----------------------------

“sebenarnya kau ingin mengajakku kemana?”, tanya Khayla pada Tasya.
Tasya menggelengkan kepalanya, “lihat saja nanti”
Mereka sampai di sebuah café yang kelihatan cukup ramai. Di depan café tersebut terpampang poster bahwa akan ada beberapa band dan penyanyi yang tampil di sana. Khayla memperhatikan daftar nama-nama band dan penyanyi tersebut. Tertulis sebuah nama yang membuat Khayla sangat tertarik. Bintang Kejora. Apakah itu nama seseorang? Ataukah sebuah nama band?
“siang tadi aku lewat café ini dan tidak sengaja melihat nama Bintang Kejora, makanya aku mengajakmu ke sini”, ujar Tasya pada Khayla.
“mungkin saja kau akan suka, akhir-akhir ini kau kelihatan banyak pikiran”, kata Tasya lagi, “Fadel juga sudah menunggu di dalam”
Mereka masuk ke dalam café yang ternyata banyak sekali orang yang datang ke café tersebut. Entah karena mereka memang ingin menikmati hidangan yang ada di café tersebut atau mungkin karena ingin menyaksikan pertunjukkan musik yang telah dipersiapkan.
Fadel kelihatan berada di tempat yang cukup dekat dengan panggung pertunjukkan. Dia melambaikan tangannya pada Tasya dan Khayla.
“acaranya baru saja di mulai”, katanya ketika Tasya dan Khayla menghampirinya.
Pertunjukkan pertama menampilkan sebuah band yang menyanyikan sebuah lagu yang entah berjudul apa. Menurut Khayla band tersebut cukup memiliki bakat dalam bermusik. Terus berganti satu persatu. Band. Penyanyi solo. Penyanyi solo. Band.
Khayla hanya menunggu nama Bintang Kejora disebut. Penasaran akan penampilan apa yang akan ditunjukkannya. Dan penasaran siapa yang menggunakan nama Bintang Kejora tersebut.
Dan giliran Bintang Kejora pun tiba. Entah kenapa Khayla merasa sangat gugup. Ingin melihat siapa yang akan maju ke atas panggung kecil itu.
“aku tidak tahu siapa yang akan tampil”, ujar Fadel pada Tasya, “mungkin sebuah band”
Khayla sedikit kecewa ketika seorang perempuan naik ke atas panggung. Ternyata perempuan itu yang menggunakan nama Bintang Kejora. Sebenarnya apa yang sedang diharapkan oleh Khayla? Entahlah. Namun Khayla tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Khayla hanya bisa berusaha untuk menutupi kekecewaannya dengan memainkan es batu yang ada di dalam minumannya. Dia tidak lagi tertarik pada pertunjukkan musik itu.
Suara petikan gitar mulai terdengar. Seseorang tengah memetiknya dengan begitu lembut. Ya, tentu saja lembut. Bukankah yang memainkannya adalah jari-jari lembut seorang perempuan? Suara gitar terus mengalun.
Tanpa Khayla sadari bahwa lagu yang sedang dimainkan adalah lagu kesukaannya. Namun dengan nada yang sedikit dibuat berbeda. Sampai ketika suara seseorang menyanyikan lirik lagu tersebut.

Oh... manakala mentari tua
Lelah berpijar

Apakah ada sebuah kesalahan? Ataukah Khayla yang sudah salah mendengar. Kenapa yang didengarnya adalah suara seorang pria? Bukan suara merdu seorang perempuan? Tapi suara itu..

Oh... manakala bulan nan genit
Enggan tersenyum
Berkerut-kerut tiada berseri
Tersendat-sendat merayap
dalam kegelapan
Hitam kini, hitam nanti
Gelap kini, akankah berganti

Lagu terus dinyanyikan sementara Khayla berusaha untuk memberanikan dirinya sendiri untuk melihat siapa yang sedang menyanyikan lagu tersebut dengan begitu merdu dan lembutnya. Sehingga membuat jantung Khayla ikut berdebar dengan keras.

Dan kau lilin-lilin kecil

Deg.
Mungkinkah Khayla hanya sedang berkhayal? Ataukah matanya yang sedang tidak normal? Apakah dia memang sedang salah melihat?

Sanggupkah kau mengganti
Sanggupkah kau memberi
Seberkas cahaya

Mata mereka saling bertemu. Saling menatap dalam satu sama lain. Tubuh Khayla benar-benar bergetar hebat saat ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa? Kenapa Khayla tidak mengerti sedikitpun apa yang sedang terjadi saat ini? Semuanya hanya seperti potongan-potongan cerita yang sulit untuk diraba.
Suaranya melemah. Semakin melambat dari nada yang seharusnya. Seluruh isi ruangan hanya berbisik-bisik dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada penyanyi tersebut.

Sanggupkah kau berpijar
Sanggupkah kau menyengat
Seisi dunia

Gitar putih berbentuk bintang itu diletakkan di atas lantai, menghentikan lagu sebelum menyelesaikannya. Khayla melihatnya dengan jelas stiker tulisan yang tertera pada gitar tersebut. Kejora.
Khayla berdiri dari duduknya. Entah kenapa rasanya Khayla hanya ingin berlari keluar dari keramaian. Khayla hanya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

--------------------------------

“Khayla”
Khayla tetap tidak menoleh. Dia tidak ingin memperlihatkan wajahnya untuk sekarang ini. Khayla benar-benar bingung.
“apa yang terjadi?”, tanyanya lagi pada Khayla.
Khayla masih tetap terdiam.
“apa kau tahu maksud perkataan ibuku bahwa aku harus memberikan kaus kaki itu pada seseorang yang harus memilikinya?”, ujar Jojo lagi pada Khayla.
“bahwa aku akan menemukan seseorang yang akan menjadi kebahagiaanku, seperti menemukan sebuah bintang dalam kegelapan malam”, katanya menjelaskan.
“Kejora”, Khayla menoleh dan menatap Jojo. Mencari sesuatu di kedalaman mata Jojo.
“siapa kau sebenarnya?”, tanya Khayla.


Jojo terdiam sejenak dan membalas menatap Khayla.
“namaku Bintang. Bintang Kejora”



 Part 7                           Part 9