Judul Buku : Sang Pemimpi
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tebal : vii + 248 Halaman
Cetakan : 28, 2010
Harga : Rp. 49.000,00,-
Ketika menyebutkan kata ‘mata’, maka yang ada di
benak setiap orang adalah alat indera manusia. Mata digunakan untuk melihat. Jika
mata tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, maka seseorang akan kesulitan
untuk dapat melihat. Bahkan tanpa mata, seseorang akan buta. Tidak akan dapat
melihat keindahan dunia. ‘Mata batin’ berarti kemampuan batin seseorang untuk
dapat melihat sesuatu yang hanya dapat dilihat oleh batinnya. Begitu pula
dengan mata sang pemimpi. Yang saya maksudkan dengan mata sang pemimpi adalah
bahwa setiap mimpi seakan memiliki mata yang dapat melihat. Mata seorang sang
pemimpi yang dapat melihat jalan untuk menuju mimpi-mimpinya.
Ketika seseorang memiliki mimpi yang ingin
dicapainya, dia masih belum bisa dikatakan sebagai seorang sang pemimpi. Karena
sang pemimpi yang sesungguhnya adalah dia yang memiliki mimpi besar dan berusaha
keras untuk dapat meraih mimpinya tersebut. Menjadikan mimpinya menjadi sebuah
kenyataan dan tidak akan membiarkan mimpinya hanya menjadi bunga tidur yang
apabila terbangun maka mimpi itu akan menghilang tanpa jejak. Maka di sinilah
peran mata sang pemimpi, yaitu menunjukkan jalan mana yang harus dituju oleh
sang pemimpi agar mimpinya dapat tercapai. Mata sang pemimpilah yang akan
menunjukkan setiap langkah yang akan diambil oleh sang pemimpi. Menunjukkan
bahwa nasib yang sebenarnya bukan hanya apa yang ada di depan mata kita, namun
jauh di depan mata kita yang tidak terlihat masih ada nasib lain yang sedang
menunggu untuk dihampiri. Seperti kata-kata Arai dalam buku sang pemimpi
berikut:
“Mungkin,
setelah tamat SMA, kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli. Tapi di
sini, Ikal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!”
Mengingat keadaan Arai dan Ikal yang dalam buku Sang
Pemimpi hanya tinggal di sebuah kampung terpelosok di negara Indonesia ini, mungkin
mereka hanya akan mempunyai peluang lebih besar untuk menjadi kuli dan
pendulang timah. Namun Arai, dengan mata sang pemimpinya berkata bahwa mereka
tidak akan pernah mendahului nasib. Maksud dari perkataan Arai ini adalah bahwa
kebanyakan jalan pikiran masyarakat sekitarnya
seakan-akan mereka telah mendahului nasib. Yaitu menetapkan diri bahwa mereka hanya
akan menjadi seorang pendulang timah. Maka peran mata sang pemimpi sangatlah
penting, yaitu dengan menunjukkan bahwa masih ada jalan lain, yaitu nasib lain yang
menunggu untuk dijemput. Oleh karena itu, mata sang pemimpi hanya akan
memandang ke depan, tidak ke belakang, tidak juga ke samping kanan dan kiri.
Lalu bagaimana jadinya jika mata sang pemimpi belum
berfungsi dengan baik? Atau mungkin sudah buta karena tidak pernah digunakan
dengan semestinya. Di sinilah campur tangan Andrea Hirata dalam bukunya yang
berjudul sang pemimpi, yaitu untuk membangunkan mata sang pemimpi yang masih
tertidur. Menggerakkan mata sang pemimpi setiap orang agar bangkit dan menjadi
seorang sang pemimpi, bukan hanya sebagai pemimpi. Jangan hanya
bermalas-malasan di kasur. Jangan pernah berharap mimpimu akan mejadi nyata
jika kau hanya tidur di kasur. Karena dalam buku ini Andrea Hirata menceritakan
jerih payahnya untuk mencapai sebuah mimpi besarnya yang selalu diidamkannya.
Andrea Hirata Seman Said Harun lebih dikenal sebagai
Andrea Hirata. Nama Andrea Hirata bukanlah namanya sejak lahir, karena pada
saat dilahirkan dia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Karena merasa tidak
cocok dengan namanya, Andrea mengganti namanya dengan Wadhud namun ternyata
nama tersebut masih kurang cocok dengan dirinya sehingga dia kembali mengganti
namanya menjadi Andrea Hirata Seman Said Harun hingga kini. Nama Andrea Hirata
ini terkesan unik karena Andrea mengakui bahwa nama Andrea diambil dari nama
seorang wanita yang nekat bunuh diri bila penyanyi pujaannya, yakni Elvis
Presley tidak membalas suratnya. Sedangkan Hirata sendiri diambil dari nama
kampung.
Andrea Hirata kecil bersekolah di SD Muhammadiyah,
yang diakui Andrea bangunan sekolah itu cukup memprihatinkan. Namun dari SD
Muhammadiyah inilah Andrea Hirata bertemu dengan sesosok guru yang sangat dibanggakannya,
yaitu Nyi Ayu Muslimah. Nyi Ayu Muslimahlah yang telah mendorong dan memotivasi
Andrea Hirata sehingga dia menjadi sosok seperti sekarang ini. Menjadi seorang
penulis pun diakui Andrea karena sosok bu Muslimah. Setelah lulus SMA di
kampungnya, Andrea Hirata merantau ke Jakarta. Atas kerja kerasnya, Andrea
Hirata berhasil melanjutkan pendidikannya
di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Setelah tamat kuliah dan memperoleh
gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan
pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan
Sheffield Hallam University, Inggris. Andrea mendapat beasiswa program master
di Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea
di bidang ekonomi telekomunikasi
mendapat penghargaan dari universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu
telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan
buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia.
Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah. Meskipun studi
mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains-fisika,
kimia, biologi, astronomi dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya
sebagai seorang akademisi dan backpaker. Sekarang ia sedang mengejar mimpinya yang lain untuk
tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.
Pria yang dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa
miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong, tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1982 ini telah
memulai kariernya sebagai penulis sejak tahun 2006 hingga sekarang. Beliau
adalah Indonesian greatest living novelist yang telah merevolusi sastra
Indonesia. Novel Sang Pemimpi ini adalah novel kedua Andrea Hirata setelah novel
pertamanya Laskar Pelangi, novel sastra yang paling laris di Indonesia dari
tahun 2006 sampai sekarang. Andrea Hirata menghasilkan Tetralogi novel Laskar
Pelangi yaitu: Laskar Pelangi, Sang
Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Selain Tetralogi Laskar pelangi, Andrea
Hirata juga menghasilkan karya lain, yaitu Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas yang terbit tahun 2010. Sebelas Patriot (2011), Laskar
Pelangi Song Book (2012).
Andrea juga meraih penghargaan
sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada tahun 2007. Pada Tanggal 12
Maret 2012 Andrea Hirata menandatangani perjanjian penerbitan The Rainbow
Troops (edisi
international novel Laskar Pelangi) dengan Kathleen Anderson Literary Management dan penerbit Farrar, Straus and Giroux (FSG). FSG
saat ini merupakan penerbit terbaik di Amerika dan telah berdiri sejak tahun
1946. FSG melahirkan karya-karya para pemenang nobel sastra. Sebanyak 23
pemenang nobel sastra yang karyanya telah diterbitkan oleh FSG antara lain
adalah TS. Eliot, Pablo Neruda, Nadine Gordimer, Seamus Heaney, dan Mario Vargas Llosa yang mendapat nobel sastra tahun 2010. Demikian Andrea Hirata yang berhasil dalam meraih
mimpi-mimpinya melalui mata sang pemimpi yang ada dalam dirinya. Pada buku sang
Pemimpi ini Andrea Hirata membagi sebagian kecil kisahnya dalam meraih mimpi.
Novel Sang Pemimpi menceritakan
mengenai tiga anak Melayu yang berjuang untuk meraih mimpi mereka untuk bisa bersekolah
di Universitas de Paris, Sorbonne, Prancis. Tiga anak Melayu itu tak lain
adalah Ikal, Arai, dan Jimbron. Ikal adalah peran yang mewakili Andrea Hirata. Sosok
Ikal merupakan peran paling utama dalam novel ini. Ikal mempunyai seorang ayah yang
sangat dia banggakan. Ikal adalah seorang yang baik juga pintar. Dia selalu
dapat memikirkan apa yang baik untuk dilakukan dan apa yang buruk.
Arai adalah sepupu jauh dari Ikal,
kedua orang tua Arai sudah meninggal dunia. Menurut orang Melayu, Arai disebut
juga sebagai simpai keramat, yaitu keturunan terakhir yang tersisa dari satu
klan. Ikal dan Arai masih bertalian darah yang berasal dari nenek Arai yang
merupakan adik kandung kakeknya Ikal dari pihak ibu. Arai adalah sesosok yang
tegar, ketegarannya sudah terlihat sejak ia kecil. Arai adalah seseorang yang sangat
berkharisma menurut pandangan Ikal. Arai juga tipe orang yang suka menolong
sahabatnya, rasa kepeduliannya terhadap sesama sangat tinggi. Otaknya yang
sangat cerdas seakan tidak pernah kehabisan akal untuk dapat menikmati hidup
yang menyedihkan menjadi lebih menyenangkan. Arai juga merupakan sosok
pelindung bagi Ikal, di samping sebagai seorang sahabat dan juga seorang yang
sudah dianggap Ikal seperti kakaknya sendiri.
Di antara mereka bertiga, Jimbronlah
yang paling lugu. Jimbron memiliki tubuh yang cukup gemuk, dengan bicaranya
yang terkadang gagap. Di balik kegagapan Jimbron dalam berbicara, ternyata ada
kisah menyedihkan. Jimbron memiliki dua orang adik perempuan. Ibunya meninggal
dunia ketika Jimbron masih kelas 4 SD. Jimbron sangat bergantung pada ayahnya.
Suatu hari, Jimbron sedang dibonceng ayahnya naik sepeda. Di tengah jalan,
ayahnya terkena serangan jantung. Jimbron membawanya ayahnya dengan susah payah
menuju puskesmas namun naas, ayahnya meninggal dunia. Sejak saat itulah Jimbron
menjadi gagap dalam berbicara. Setelah ayahnya meninggal dunia, Jimbron diasuh
oleh seorang pendeta. Jimbron sangat menyukai kuda. Kuda jenis apapun, sudah
sangat dikenal oleh Jimbron. Meskipun Jimbron bertumbuh besar, namun sikap dan
cara berpikirnya masih seperti anak-anak sehingga siapapun yang mengenalnya
merasa harus melindunginya.
Novel ini banyak menceritakan
mengenai persahabatan mereka, serta perjuangan dalam hidup dan kepercayaan yang
kuat untuk dapat meraih mimpi mereka. Andrea Hirata membagi novel ini menjadi
beberapa mozaik. Sehingga jika mozaik-mozaik tersebut disatukan maka akan
menjadi sebuah satu kesatuan yang utuh.
Mozaik pertama menceritakan mengenai
Arai, Jimbron, dan Ikal yang sedang berlari-lari dikejar oleh pak Mustar, bapak kepala sekolah mereka
beserta dua penjaga sekolah. Penyebab ketiga anak Melayu itu dikejar-kejar oleh
kepala sekolah dan penjaga sekolah, tidak lain adalah karena ulah mereka
sendiri. Pada saat apel pagi, Ikal, Arai, dan Jimbron terlambat untuk mengikuti
apel pagi ditambah lagi dengan kelakuan Arai yang memimpin teman-temannya yang
lain untuk mengejek Pak Mustar.
Pada mozaik keempat mulai
diceritakan mengenai sikap Arai yang sangat mengagumkan. Arai mempunyai jiwa
yang penuh dengan rasa kemanusiaan, padahal waktu itu ia masih anak-anak. Suatu
ketika Mak Cik Maryamah datang ke rumah Ikal untuk meminta beras dan berniat
untuk menggadaikan biola Nurmi, anaknya, demi beras tersebut. Ibunya Ikal
dengan senang hati memberikan beras pada Mak Cik Maryamah namun tidak mengambil
biola milik Nurmi. Ketika Mak Cik Maryamah dan anaknya pulang, Arai berlari
menuju gudang peregasan. Arai mengambil celengan ayam jagonya dari dalam
peregasan lalu memecahkan celengannya tersebut tanpa ragu. Kemudian Arai
meminta Ikal untuk melakukan hal yang sama pada celengan miliknya. Ikal langsung
saja menurut pada Arai. Tidak disangka-sangka oleh Ikal, Arai menggunakan uang
celengan mereka berdua untuk membeli terigu, gandum dan gula untuk Mak Cik
Maryamah. Agar Mak Cik Maryamah bisa berjualan kue. Sungguh sosok yang luar
biasa.
Setelah mereka SMA, mereka bertemu
dengan sosok guru yang menjadi sumber motivasi bagi Ikal, Arai, dan Jimbron. Dialah
Bapak Drs. Julian Ichsan Balia. Bapak Balia inilah yang turut memberi dorongan
yang kuat bagi Arai, Ikal, dan Jimbron untuk bisa bersekolah di Prancis.
Sehingga Arai, Ikal, dan Jimbron mengikrarkan sebuah harapan: kami ingin dan harus sekolah ke Prancis!
Ingin menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajah
Eropa sampai ke Afrika.
Kisah menarik lainnya adalah ketika
Arai, Ikal dan Jimbron kembali melakukan kenakalan mereka. Kontrakan mereka
yang dekat dari gedung bioskop tidak pernah membuat mereka terlena untuk dapat
masuk ke dalam gedung bioskop dikarenakan adanya larangan dari pak Mustar, sampai
ketika sebuah poster di pasang pada bagian depan bioskop tersebut. Gambar
seorang wanita seksi dengan seekor anjing pudel yang digendong oleh wanita itu.
Melihat gambar poster yang seakan-akan sedang memanggil mereka, membuat mereka
bertiga semakin ingin masuk ke dalam bioskop tersebut.
Segala cara sudah mereka lakukan agar dapat masuk ke dalam gedung biokop itu,
namun tidak ada yang berhasil. Sampai ketika Jimbron menyampaikan idenya yang
brilian. Kebanyakan orang yang masuk ke dalam gedung bioskop itu adalah para
pria bersarung. Mereka akhirnya menyamar sebagai pria bersarung. Usaha mereka
kali ini berhasil. Mereka dapat masuk ke dalam gedung bioskop, menonton film dengan
pemeran utamanya wanita dan anjing pudel dalam poster. Belum sampai film
selesai diputar, tiba-tiba saja datang sosok pak Mustar. Mereka bertiga
ketahuan oleh pak Mustar sudah menyelinap masuk ke dalam gedung bioskop dan
menonton film yang tidak seharusnya mereka tonton. Karena ulah mereka tersebut,
pak Mustar memberi mereka hukuman yang sangat memalukan yaitu berakting di
hadapan seluruh siswa pada saat upacara pagi.
Keadaan
Ikal memburuk ketika Ikal merasa apapun yang mereka lakukan adalah sia-sia. Melihat
keadaan mereka sendiri, rasanya tidak mungkin untuk mewujudkan mimpi-mimpi
mereka. Ikal merasa mungkin setelah dia lulus SMA nanti, keadaannya akan sama
saja seperti anak-anak Melayu lainnya. Menjadi pendulang Timah dan pekerjaan
keras lainnya. Ikal yang awalnya seorang yang optimis, sekarang berubah menjadi
seorang yang pesimis. Dia menjadi malas belajar. Sementara Jimbron yang sangat
optimis memesan dua buah celengan kuda dari Jakarta. Jimbron selalu mengisi dua
celengan kuda itu dengan sama rata. Sementara Ikal hanya berpikir bahwa apa
yang dilakukan Jimbron adalah sia-sia. Menurutnya, celengan itu tidak akan
mampu membawa Jimbron ke Prancis. Pesimistis membawa Ikal pada sebuah
penyesalan. Peringkatnya turun drastis. Dari peringkat tiga menjadi peringkat
tujuh puluh lima. Memalukan bukan main. Ikal sangat merasa bersalah pada
ayahnya. Pada ayah yang sudah mengayuh sepedanya sejauh 30 km hanya untuk
mengambil rapornya. Namun apa yang dilakukan Ikal sekarang? Dia mempersembahkan
kursi nomor 75 pada ayahnya. “Biar kau tahu, Ikal, orang seperti kita tak punya
apa-apa, kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur
habis-habisan dengan mimpi-mimpi itu!”, itulah nasehat Arai pada Ikal. Arai
juga berkata, “Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati…”. Betapa dahsyatnya
kata-kata Arai itu, bahkan setiap orang yang membaca buku ini akan merasa
tersentuh pada kata-kata itu. Ikal pun tersadar, dia tidak akan seperti itu
lagi. Dia akan berusaha lebih giat lagi untuk terus melanjutkan mimpi-mimpinya.
Seperti
disambar petir, ekspresi Jimbron ketika mendapatkan kabar mengenai kedatangan
kuda Australia ke pelabuhan. Jimbron yang sangat menyukai kuda, sangat terpana
ketika melihat kuda-kuda itu turun dari kapal. Namun tidak ada yang bisa
dilakukan Jimbron. Kuda itu bukan miliknya, dan Jimbron tidak akan pernah bisa
untuk menyentuh kuda itu. Pangeran Mustika Raja Brana, itulah nama kuda putih
yang paling memesona di antara kuda yang lainnya. Setelah melihat kuda-kuda itu,
Jimbron menjadi berubah. Jimbron selalu lesu. Dia menjadi lebih pendiam dan
jadi malas bekerja. Melihat keadaan itu, Ikal berusaha untuk mengembalikan
Jimbron seperti semula namun sepertinya sangat sulit. Ikal mencoba untuk
bertanya pada Arai mengenai keadaan Jimbron, namun Arai juga terkesan tidak
peduli dengan keadaan Jimbron. Padahal yang Ikal tahu Arai adalah orang yang selalu
peduli pada sahabatnya. Kali ini tampak aneh, Arai sibuk dengan pekerjaannya
sendiri. Keadaan
menjadi berubah ketika pada pagi buta terdengar suara seseorang mengetuk pintu
kontrakan mereka. Saat dibuka, terkejut bukan main Ikal dan Jimbron melihat Arai
dengan seekor kuda putih. Sekali lagi para pembaca dibuat terkagum-kagum pada
sosok Arai. Ternyata Arai bekerja keras di tempat di mana kuda itu berada agar
dapat meminjam kuda itu barang satu hari. Untuk sahabatnya, Jimbron. Begitulah
persahabatan mereka. Dengan hati gembira, Jimbron menunggangi kuda itu dan
membawanya ke pabrik cincau. Pabrik tempat Laksmi, gadis yang disukainya
bekerja. Entah sudah berapa ratus kali Jimbron berusaha untuk membuat Laksmi
tersenyum, dan usahanya selalu saja gagal. Tapi kali ini, dengan kuda putihnya
Jimbron berhasil membuat Laksmi tersenyum.
Berbeda
dengan kisah cinta Jimbron dan Laksmi. Kisah cinta Arai sangat menyedihkan. Gadis
pujaannya, Zakiah Nurmala tidak pernah sekalipun luluh hatinya oleh Arai. Nurmala
tidak pernah bisa ditaklukkan oleh Arai meskipun ribuan puisi cinta sering
dilayangkan Arai untuknya. Nurmala terkesan sangat sadis pada Arai, karena
apapun yang dilakukan Arai untuknya tidak pernah dihargai sedikitpun. Jika
melihat sikap Arai, tentu saja tidak pernah ada kata menyerah dalam kamus
hidupnya. Arai terus berusaha untuk mengambil hati Zakiah Nurmala. Meminta
bantuan pada Bang Zaitun pun dilakukan Arai. Bang Zaitun adalah pemain orkestra
keliling di kampungnya, dia terkenal mahir dalam mengambil hati wanita. Arai
diajarkan olehnya bermain gitar untuk dapat mengambil hati Zakiah Nurmala. Arai
pun belajar bermain gitar, setelah bisa bermain gitar Arai mendatangi rumah
Nurnala dan menyanyikan sebuah lagu untuknya. Zakiah tidak pernah tersentuh, dengan
kejamnya Nurmala memainkan piringan hitam untuk menyaingi suara Arai. Arai kalah.
Ini adalah pembunuhan karakter paling sadis yang didapatkannya.
Setelah
tiga tahun bersekolah di SMA, mereka lulus dengan nilai baik. Arai dan Ikal
bersiap untuk merantau ke Jakarta. Sementara Jimbron memilih untuk tetap
tinggal di Belitong. Tidak disangka, dua celengan kuda yang dibeli Jimbron
tempo hari dipersiapkannya untuk kedua sahabatnya itu. Akhirnya Arai dan Ikal
berangkat ke Jakarta dengan menaiki sebuah kapal. Sesampainya di pelabuhan
Tanjung Priok, mereka menaiki bus untuk dapat sampai di Ciputat. Tapi mereka
tidak sampai di Ciputat karena bus yang mereka naiki berhenti di Bogor. Ikal
dan Arai tinggal di sebuah kontrakan dekat dengan IPB. Mereka bekerja keras agar
dapat melanjutkan kuliah mereka. Sampai ketika Ikal mendapatkan pekerjaan di
kantor pos, dia berpisah dengan Arai. Arai akan kembali ke Kalimantan. Ikal terus
bekerja keras dan berhasil kuliah di Universitas Indonesia. Sementara Arai,
tidak ada yang tahu di mana keberadaannya. Lulus dari Universitas Indonesia, Ikal
mengikuti tes untuk mendapatkan beasiswa ke Eropa. Tidak disangka, dia kembali
bertemu dengan Arai yang juga sedang mengikuti tes beasiswa. Selama ini Arai
bekerja di sebuah perusahaan pertambangan di Kalimantan. Sambil bekerja, Arai
juga kuliah di sana. Mereka pulang kampung bersama, bertemu dengan Jimbron yang
sudah memiliki anak bersama Laksmi. Pada akhirnya cita-cita Ikal dan Arai
tercapai dengan datangnya surat pemberitahuan bahwa mereka telah diterima di
sebuah universitas de Paris, Sorbonne.
Novel
Sang Pemimpi yang saya resensi ini, menampilkan gambar cover buku tiga orang
yang sedang berlari pada sebuah jalan. Tiga orang itu adalah Ikal, Arai, dan
Jimbron. Dari cover buku ini dapat diketahui bahwa jalan yang mereka lalui itu
adalah jalan menuju mimpi mereka. Dan mereka tertawa bahagia saat berlari menyelusuri
jalan itu. Meskipun pada jalan yang mereka telusuri itu, di samping kanan dan
kirinya merupakan perairan. Perairan pada sisi jalan ini dapat diartikan bahwa
dalam mencapai sebuah mimpi, jangan pernah berbelok atau kau akan tercebur ke
dalamnya. Buku dengan 248 halaman ini, memiliki berat yang cukup ringan. Sehingga
jika dibawa kemana-mana tidak terlalu memberatkan. Jenis huruf Times New Roman
yang digunakan pada penulisan buku dengan jarak spasi yang sedang tidak membuat
mata pembaca jenuh untuk membacanya.
Terdapat
banyak kelebihan yang dimiliki buku ini. Mulai dari segi gaya penulisan atau
gaya bahasa, kekayaan bahasa, dan masih banyak lagi. Gaya penulisan Andrea
Hirata dalam novel Sang Pemimpi ini bisa dikatakan sangat sempurna. Setiap kata
layaknya sebuah sastra yang sangat indah. Andrea Hirata juga menyajikan
kalimat-kalimat bermajas dalam penulisan buku ini sehingga dengan permajasan
itu, cerita menjadi lebih menarik. Buku Andrea Hirata juga memiliki ciri
bertabur metafora. Menurut
Prof. Sapardi Djoko Damono, guru besar sastra Universitas Indonesia, metafora
Andrea adalah metafora yang berani, tak biasa, tak terduga, kadang kala ngawur,
namun amat memikat. Selain itu, Andrea Hirata juga menyajikan berbagai macam
majas. Misalnya saja majas personifikasi:
“Jantungku
berayun-ayun…”
“…
semburan ultraviolet menari-nari di atas permukaan laut…”
Selain majas personifikasi, ada juga
majas hiperbola, misalnya:
“Tatapan nanar
bola mata mayat-mayat ikan kenangka yang terbelalak dan kelabu membuatku gugup”
“Suara Nyonya Pho kembali
menggelegar”
Andrea
Hirata juga menggunakan beberapa perumpamaan:
“Aku dan Arai ditakdirkan seperti
sebatang jarum di atas meja dan magnet di bawahnya”
Dalam novel Sang Pemimpi ini, Andrea Hirata juga memperkenalkan
pembaca dengan beberapa kosakata Melayu yang mungkin sebelumnya tidak pernah
didengar oleh pembaca. Kata-kata itu misalnya saja Simpai Keramat, yaitu julukan orang Melayu untuk orang terakhir
yang tersisa dari satu klan. Peregasan,
yaitu peti papan besar untuk menyimpan padi. Puik, yaitu sebuah makian dalam bahasa Sawang. Dan juga ngambat, yaitu menunggu perahu nelayan
yang tambat.
Pembaca juga dapat mengambil beberapa nilai yang
terkandung dalam novel Sang Pemimpi. Nilai-nilai tersebut adalah nilai moral,
nilai sosial, nilai agama, dan nilai
adat istiadat. Jelas sekali isi dalam novel ini kental dengan nilai
moral. Sifat-sifat yang tergambar yaitu tanggung jawab pada diri seorang remaja
dalam menyikapi kerasnya kehidupan. Dapat dilihat juga pada sifat Ikal yang
selalu menjaga nilai-nilai moral yang telah diajarkan kepadanya. Novel ini juga
penuh dengan nilai sosial. Hal ini dibuktikan dengan persahabatan yang terjalin
antara Ikal, Arai, dan Jimbron yang selalu saling membantu dalam menghadapi
berbagai kesulitan. Nilai sosial yang jelas paling terlihat adalah pada diri
Arai. Beberapa cerita menjelaskan mengenai nilai sosial yang diterapkan Arai
dalam kehidupan. Misalnya saja ketika Mak Cik Maryamah sedang kesulitan dengan
bahan makanan, tanpa ragu-ragu Arai memecahkan celengannya hanya untuk membantu
Mak Cik Maryamah. Nilai agama juga terlihat jelas pada novel ini. Andrea Hirata
menceritakan bahwa meskipun Arai, Ikal, dan Jimbron terkadang menjadi anak yang
nakal namun mereka juga pandai dalam mengaji. Selain itu pada bagian ketika
mereka bertiga ingin masuk ke dalam gedung bioskop, pada diri Ikal sendiri
mempertanyakan ajaran islam yang selama ini diajarkan kepadanya. Memikirkan dasar
agama yang selama ini diajarkan oleh kemuhammadiyahan. Selain nilai-nilai
tersebut, terutama novel ini juga sangat kaya akan nilai adat istiadat. Andrea
Hirata jelas sangat menonjolkan adat istiadat di daerah Belitong, masyarakat
Melayu. Mengenai kemiskinan yang melanda orang Melayu juga berbagai pekerjaan
keras yang harus dilakukan orang Melayu. Dan beragam adat istiadat orang Melayu
lainnya.
Novel Sang Pemimpi dapat membawa pembaca percaya
jika terus berusaha dan kerja keras, maka mimpi sebesar dan setidakmungkin
apapun dapat tercapai. Dengan syarat yaitu kepercayaan, percaya akan
mimpi-mimpi tersebut maka mata sang pemimpi akan membantu mencari jalan untuk
meraih mimpi tersebut. Para pembaca juga akan mendapatkan motivasi yang bisa membuat
pembaca lebih percaya akan kekuatan mata sang pemimpi. Karena Andrea Hirata menuliskan
beberapa kata-kata motivasi di dalam buku ini. Bagi saya sendiri, kata-kata
motivasi yang dituliskan Andrea Hirata dalam buku ini sangat menyentuh untuk
menimbulkan rasa percaya pada mimpi yang kita buat. Beberapa kata-kata motivasi
dalam novel Sang Pemimpi:
“Dunia!
Sambutlah aku…! Ini aku, Arai, datang untukmu…!”
Pada kata-kata tersebut, menunjukkan motivasi dalam
diri Arai bahwa dia percaya dunia dapat digenggam olehnya.
“Setiap peristiwa di jagad raya ini
adalah potongan mozaik. Terserak di sana sini, tersebar dalam rentang waktu dan
ruang. Namun, perlahan potongan itu akan bersatu bentuk bak montase Antoni
Gaudi. Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa dirimu dewasa nanti. Lalu, apapun
yang kau kerjakan dalam hidupmu akan bergema dalam keabadiaan”
“Maka, berkelanalah di atas muka
bumi ini untuk menemukan mozaik-mozaikmu!”
Dua kalimat ini adalah kalimat yang sangat luar
biasa. Untuk memotivasi murid-muridnya pak Balia mengucapkan kalimat tersebut.
Sehingga ketika pak Balia mengucapkan kalimat itu, timbullah motivasi yang kuat
pada diri setiap muridnya.
“Bangkitlah, wahai para pelopor!
Pekikkan padaku kata-kata yang menerangi gelap gulita dadamu! Kata-kata yang
memberimu inspirasi!”
Kalimat di atas juga diucapkan oleh pak Balia setiap
mengakhiri pelajarannya. Maksud dari pak Balia di sini adalah untuk memberikan
motivasi pada setiap muridnya.
“…berhenti
bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia!”
Kalimat itu diucapkan oleh pak Mustar ketika nilai
rapor Ikal turun drastis. Kata-katanya itu bagaikan petir yang menyambar pada
diri ikal. Membuatnya tersadar dari keterpurukannya.
“Tanpa
mimpi, orang seperti kita akan mati!”
Kalimat terakhir ini adalah apa yang dikatakan Arai
kepada Ikal. Sepertinya kalimat inilah yang banyak tertanam pada setiap pembaca
yang membaca Sang Pemimpi. Tidak sedikit orang yang menjadikan kalimat ini sebagai
motivasi dirinya sendiri setelah membaca Sang Pemimpi.
Jika dibandingkan dengan karya Andrea Hirata
sebelumnya, Laskar Pelangi, novel Sang Pemimpi terkesan lebih ringan untuk
dibaca. Karena pada novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata menulis cerita dengan
gaya bahasa yang hanya orang yang mengerti sastralah yang mampu memahaminya.
Namun pada novel Sang Pemimpi, Andrea Menyajikannya dengan sangat cantik tidak
hanya dapat dimengerti oleh semua kalangan pembaca namun tidak lepas juga dari
bahasa-bahasa sastra yang indah.
Dari beberapa kelebihan buku yang telah dijelaskan, ada
beberapa kelemahan buku yang juga saya temukan. Misalnya pada cover buku. Buku
yang saya gunakan untuk diresensi adalah buku cetakan ke-28 sehingga cover bukunya
berbeda dengan cover buku pada cetakan pertama. Pada cetakan pertama, yang
berbeda adalah orang yang berada di jalan. Pada cover cetakan pertama, ada
seorang pria yang sedang terduduk di ujung jalan. Perbedaan cover ini mungkin
dikarenakan pada cetakan ke-28 ini novel Sang Pemimpi sudah difilmkan di layar
lebar sehingga cover bukunya pun diganti dengan tokoh yang memerankan Ikal,
Arai, dan Jimbron pada film. Namun
terkadang di sebuah toko buku terdapat buku Sang Pemimpi dengan dua
cover berbeda.
Mengenai perbedaan cover buku tersebut, saya juga
menemukan beberapa perbedaan antara novel yang menggunakan cover yang pertama
dengan yang baru. Setelah saya baca, ternyata ada beberapa bagian dari tulisan
yang tidak dimasukkan pada buku dengan cover yang baru. Misalnya saja pada bagian
mozaik pertama, pada novel dengan cover yang lama dijelaskan bahwa Bapak Mustar
yang anaknya tidak bisa diterima di sekolah SMA mereka, dikarenakan nilai NEM
nya yang kurang 0,25. Dijelaskan pula mengenai kekurang setujuan pak Mustar
akan peraturan tersebut sehingga dia menjadi kejam terhadap murid-muridnya
sekarang ini. Namun pada novel dengan cover yang baru tidak dijelaskan secara
terperinci kejadian tersebut. Selain itu, judul pada mozaik pertama juga
berbeda. Pada novel dengan cover yang lama, judul mozaik pertama adalah What a Wonderful World. Sedangkan pada
novel dengan cover yang baru berubah menjadi Beginikah Seorang Pemimpi Melihat Dunia?
Novel Sang Pemimpi ini adalah novel kedua dari
tetralogi Laskar Pelangi, namun cerita-cerita yang disajikan pada novel Sang
Pemimpi ini sepertinya kurang berkaitan dengan novel sebelumnya, Laskar
Pelangi. Anak-anak Laskar Pelangi tidak lagi disebutkan dalam novel Sang
Pemimpi ini. Tidak dijelaskan lagi bagaimana keadaan teman-teman Laskar
Pelangi. Padahal novel Laskar Pelangi dan novel Sang Pemimpi merupakan novel
yang berurutan dan saling berhubungan. Kehadiran Arai di novel Sang Pemimpi
juga tidak dijelaskan pada novel Laskar Pelangi, padahal Arai sudah tinggal
bersama dengan Ikal sejak SD.
Pada alur cerita juga ditemukan ketidakseimbangan
antara alur cerita awal dengan akhir. Pada bagian-bagian awal dijelaskan secara
mendalam bagaimana mereka berusaha keras dalam hidup untuk bisa mewujudkan
mimpi-mimpi mereka. Perjuangan-perjuangan mereka dalam menghadapi berbagai
kesulitan hidup, juga mengenai jatuh bangunnya mereka dalam mempertahankan
mimpi-mimpi mereka. Namun pada bagian akhir cerita, penulis terkesan ingin
mempercepat alur cerita. Ketika Arai dan Ikal berhasil mendapatkan beasiswa ke
Universitas de Paris, alur cerita terkesan datar dan lurus-lurus saja. Tidak dijelaskan
secara lebih menarik lagi, padahal akhir cerita tersebut harusnya menjadi
sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu oleh pembaca.
Buku yang penuh dengan sastra ini, sangat cocok
untuk semua kalangan. Terutama bagi remaja-remaja saat ini, buku ini sangat
diperlukan sebagai pemacu dalam meraih cita-cita. Bagi para guru buku ini juga
dapat dijadikan bahan untuk mengulas sastra bahasa yang terdapat di dalam buku ini,
dengan demikian siswa akan belajar dengan cara yang menyenangkan. Para pejabat
pemerintahan juga wajib untuk membaca buku ini agar mereka mengetahui bahwa
masih ada wilayah di Indonesia ini yang sebagian masyarakatnya miskin meskipun
kekayaan alam yang dimiliki wilayah tersebut melimpah ruah. Mereka juga harus
dibuat melek mengenai pendidikan yang ada di wilayah itu karena sulit untuk
menemui sekolah negeri sehingga anak-anak harus bersekolah di tempat yang cukup
jauh karena hanya ada satu sekolah negeri. Juga mengenai anak-anak yang harus
bekerja keras untuk dapat bersekolah.
Buku ini memang seharusnya dibaca oleh semua orang
karena di dalam buku ini banyak terkandung makna yang tersembunyi. Selain
karena gaya penulisannya yang cantik, buku ini juga terkandung banyak kisah
inspiratif. Novel ini juga dapat menggugah semangat setiap pembacanya. Saya
sangat menyarankan bagi siapapun yang sedang merajut mimpinya dan butuh
motivasi untuk membangkitkan semangat dalam meraih mimpi, novel ini sangatlah
cocok untuk kalian baca. Bagi kalian yang belum memiliki mimpi, dengan membaca buku
ini mungkin bisa menjadi sumber mimpi bagi kalian. Saya juga menyarankan kepada
para pembaca yang ingin membaca novel Sang Pemimpi ini, maka akan lebih baik
jika membaca buku sebelumnya, Laskar Pelangi karena buku ini merupakan buku
tetralogi dan jangan membaca buku ketiga dan keempat sebelum membaca buku yang
pertama dan kedua. Karena jika Anda membaca terlebih dahulu buku Edensor sebelum
buku Sang Pemimpi, maka cerita menjadi kurang menarik karena Anda sudah
mengetahui akhir dari cerita.
Dengan membaca buku ini, para pembaca bisa
mendapatkan banyak manfaat. Karena novel ini mengajarkan nilai-nilai moral dan
sosial yang tinggi dan patut untuk dicontoh. Buku ini juga menyajikan banyak
pelajaran positif yang dapat diambil oleh pembaca. Selain itu novel Sang
Pemimpi dapat menyadarkan pembaca bahwa kemiskinan bukanlah alasan yang dapat
menghambat seseorang untuk meraih cita-citanya. Novel ini membuktikan bahwa
dengan usaha dan kerja keras, mencapai mimpi yang besar bukanlah hal yang tidak
mungkin bagi semua orang tidak terkecuali bagi mereka yang miskin. Novel ini
juga memberitahukan kepada para pembaca bahwa dukungan dari orang-orang di
sekitar kita sangatlah penting dalam memotivasi kita untuk meraih cita-cita. Sesuai
dengan amanat yang ingin disampaikan oleh Andrea Hirata bahwa jangan pernah
berhenti untuk bermimpi dan teruslah berjuang untuk meraih mimpi-mimpi
tersebut. Bahkan tanpa mimpi, Andrea Hirata tidak akan pernah menjadi Andrea
Hirata yang sekarang kita kenal.
Qonita
Rahmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar