LILIN KECIL
Cinta
From: Kejora_Bintang@yahoo.com
To: Purnama@yahoo.com
Bagaimana dengan Venus?
Sekarang apa lagi yang ingin kau
ketahui?
Tidak ada takdir lain untuk kita
Dan misteri cinta telah terungkap
Kuharap kau akan terus menyukai
langit
Aku sangat
mencintaimu, Khayla
---------------------------
Mereka berbaring di hamparan rumput. Lapangan rumput
yang cukup luas. Dengan atap langit malam yang terbentang jauh lebih luas. Dan
mereka tengah menatap luasnya langit malam itu. Entah di mana letaknya
keberadaan mereka, Khayla tidak mengetahuinya dengan pasti. Jojo yang sudah
membawanya ke sana.
“ibuku juga menyukai langit malam sama sepertimu”, ujar
Jojo pada Khayla.
“karenanya dia memberiku nama Bintang Kejora”
Jojo beralih menatap Khayla, “kau berhasil
menemukanku”, katanya dengan senyuman manisnya.
“bagaimana bisa kau menemukanku?”, tanya Khayla pada
Jojo.
Jojo kembali tersenyum hangat, “entahlah. Pertama
kali aku melihatmu, aku merasa seperti bertemu seseorang yang sudah lama ingin
kutemui”
“dan aku senang kau tidak mengucapkan selamat
tinggal saat itu”
“aku.. aku tidak ingin mengucapkan kata-kata itu
padamu”, jawab Khayla.
“Kejora”
“hmm”
“Kejora”
Jojo menoleh menatap Khayla dan tersenyum tipis, “kenapa
kau terus memanggilku?”
“kau Bintang Kejoraku”
“apa kau tahu bahwa Kejora bukanlah sebuah bintang?
Dia
sebuah planet. Planet cantik bernama venus. Aku adalah Kejora. Kejora yang
bersembunyi dalam kecantikan venus. Maka Kejora dan Venus adalah sebuah
kesatuan. Jika aku adalah kejora, maka
kau adalah venus”, ujar Jo pada Khayla.
“seperti
menyukai Kejora”, ucap Khayla pada dirinya sendiri. Teringat akan kata-kata
Fadel padanya.
“boleh
aku menjawab pertanyaanmu?”, tiba-tiba saja Jo menolehkan kepalanya dan menatap
Khayla dengan tatapan matanya yang teduh.
Khayla
hanya terdiam. Terpaku akan tatapan mata Jo.
“rasanya
jatuh cinta adalah seperti kau berhasil menemukan cahaya dalam kegelapan
hatimu”, bisik Jo bersamaan dengan hembusan angin malam yang melewati telinga
Khayla dengan lembut.
Untuk
kemudian, Jo memejamkan matanya. Sekarang Khayla merasa bingung dengan apa yang
sedang dilakukan Jo. Namun melihat senyuman Jo yang mengembang, Khayla seakan
tidak perlu merasa bingung atau khawatir pada apapun.
‘benarkah
yang ada di hadapannya sekarang adalah Kejora?’
Khayla hanya
terus tersenyum menatap Jo. Sementara Jo masih tetap memejamkan matanya dengan senyuman
bibirnya. Sepertinya Khayla berharap agar Jo tetap memejamkan matanya dan dia
bisa dengan bebas memandangi Kejoranya. Memperhatikan setiap lekukan wajah Jo.
‘dia
sangat dekat. Berada tepat di hadapannya. Bisakah Khayla meraihnya?
Menyentuhnya…’
Ketika Jo
mulai menggerakkan kelopak matanya, Khayla kembali beralih untuk menatap
langit. ‘rasanya menyukai Kejora tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata.
Sebuah rasa yang tidak pernah terdefinisikan. Maka seperti itu juga aku
menyukainya, beginikah rasanya mencintai seseorang?’
“kaulah
lilin-lilin kecil itu”
Suara Jo
membuat Khayla kembali menoleh padanya. Jo masih menatap Khayla dengan tatapan
bahagia. Namun Khayla hanya mengerutkan dahinya.
“kau
lilin kecil yang selalu kunyanyikan”, ujar Jo pada Khayla.
Khayla
berusaha untuk meraih wajah Jo, namun diurungkannya kembali, “aku tidak cukup
terang untuk menyinari duniamu”
Jo
menggelengkan kepalanya, “memang tidak”, jawab Jo lalu memalingkan wajahnya
dari Khayla dan hanya menatap langit. Cukup lama Khayla menunggu dan sedikit
kecewa dengan jawaban yang diucapkan Jo sebelumnya.
Namun Jo
masih melanjutkan perkataannya setelah cukup lama terdiam, “karena sinarmu
hanya cukup untuk menerangi hatiku”
“aku
akan meleleh dan tidak akan lagi memberikan cahayanya padamu”
Jo
menggeleng dan dengan gerakan cepat memiringkan tubuhnya menghadap Khayla. Tidak
ada lagi jarak di antara mereka. Dan membuat Khayla tidak bisa mengendalikan
detak jantungnya.
‘kurasa
aku lebih menyukai Bintang Kejora yang ada di hadapanku dibandingkan Kejoraku
yang berada di langit malam’
“selama kau
berada di sisiku, maka lilin kecil itu tidak akan pernah padam ataupun meleleh.
Kau adalah lilin abadi yang kumiliki”, sahut Jo dan meskipun tangannya sedikit
bergetar, ia mencoba untuk meraih wajah Khayla.
Dalam
kesunyian malam, terdengar sangat jelas dua detak jantung yang saling berdetak
cepat.
‘tanpamu..
aku tidak akan pernah menjadi Bintang Kejora’
Jo
mendekatkan bibirnya pada bibir Khayla. Kembali lagi mempertemukan kedua bibir
mereka. Lembut dan mesra. Mereka hanya berpikir bahwa hanya ada mereka berdua.
Tidak ada yang melihatnya. Namun mereka salah. Ribuan bintang di langit malam
menyaksikan kemesraan mereka. Bahkan sang bulan menunjukkan kecemburuannya pada
mereka. Dengan perlahan dia menyembunyikan dirinya di balik awan hitam.
Tidak
ada yang perlu mereka takutkan. Tidak ada lagi kegelapan yang harus mereka
takuti. Karena sebuah cahaya telah saling mereka miliki.
Jo
memeluk tubuh Khayla dengan erat. Hangat dan begitu lembut. Hingga Khayla
merasakan kenyamanan yang tidak pernah didapatkan sebelumnya. Inikah dunia
normal itu? kenapa rasanya begitu sangat indah? Dan… nyata. Detak jantungnya. Getar
tubuhnya. Aliran darahnya. Kehangatannya. Hembusan nafasnya. Pelukannya. Bahkan
bibir lembutnya.
---------------------------------
Menggapaimu
From: Purnama@yahoo.com
To: Kejora_Bintang@yahoo.com
Berapa kalikah aku harus meyakinkan diriku?
Meyakinkan diriku sendiri bahwa semuanya
bukanlah mimpi
Benarkah ini sebuah takdir?
Kenapa rasanya seperti sebuah keajaiban?
Aku bahkan tidak memiliki sayap
Namun aku dapat terbang..
Terbang dan menggapaimu..
Ini bahkan lebih indah dari sebuah mimpi
Karena jari-jariku dapat menyentuhmu
Aku telah menggapaimu, Kejora
End_