Jumat, 07 Desember 2012

Kejora (part 9)

LILIN KECIL
        


            Cinta
From: Kejora_Bintang@yahoo.com
To: Purnama@yahoo.com

Bagaimana dengan Venus?
Sekarang apa lagi yang ingin kau ketahui?
Tidak ada takdir lain untuk kita
Dan misteri cinta telah terungkap
Kuharap kau akan terus menyukai langit

Aku sangat mencintaimu, Khayla

---------------------------

Mereka berbaring di hamparan rumput. Lapangan rumput yang cukup luas. Dengan atap langit malam yang terbentang jauh lebih luas. Dan mereka tengah menatap luasnya langit malam itu. Entah di mana letaknya keberadaan mereka, Khayla tidak mengetahuinya dengan pasti. Jojo yang sudah membawanya ke sana.
“ibuku juga menyukai langit malam sama sepertimu”, ujar Jojo pada Khayla.
“karenanya dia memberiku nama Bintang Kejora”
Jojo beralih menatap Khayla, “kau berhasil menemukanku”, katanya dengan senyuman manisnya.
“bagaimana bisa kau menemukanku?”, tanya Khayla pada Jojo.
Jojo kembali tersenyum hangat, “entahlah. Pertama kali aku melihatmu, aku merasa seperti bertemu seseorang yang sudah lama ingin kutemui”
“dan aku senang kau tidak mengucapkan selamat tinggal saat itu”
“aku.. aku tidak ingin mengucapkan kata-kata itu padamu”, jawab Khayla.
“Kejora”
“hmm”
“Kejora”
Jojo menoleh menatap Khayla dan tersenyum tipis, “kenapa kau terus memanggilku?”
“kau Bintang Kejoraku”
“apa kau tahu bahwa Kejora bukanlah sebuah bintang?
Dia sebuah planet. Planet cantik bernama venus. Aku adalah Kejora. Kejora yang bersembunyi dalam kecantikan venus. Maka Kejora dan Venus adalah sebuah kesatuan. Jika aku adalah kejora, maka kau adalah venus”, ujar Jo pada Khayla.
“seperti menyukai Kejora”, ucap Khayla pada dirinya sendiri. Teringat akan kata-kata Fadel padanya.
“boleh aku menjawab pertanyaanmu?”, tiba-tiba saja Jo menolehkan kepalanya dan menatap Khayla dengan tatapan matanya yang teduh.
Khayla hanya terdiam. Terpaku akan tatapan mata Jo.
“rasanya jatuh cinta adalah seperti kau berhasil menemukan cahaya dalam kegelapan hatimu”, bisik Jo bersamaan dengan hembusan angin malam yang melewati telinga Khayla dengan lembut.
Untuk kemudian, Jo memejamkan matanya. Sekarang Khayla merasa bingung dengan apa yang sedang dilakukan Jo. Namun melihat senyuman Jo yang mengembang, Khayla seakan tidak perlu merasa bingung atau khawatir pada apapun.
‘benarkah yang ada di hadapannya sekarang adalah Kejora?’
Khayla hanya terus tersenyum menatap Jo. Sementara Jo masih tetap memejamkan matanya dengan senyuman bibirnya. Sepertinya Khayla berharap agar Jo tetap memejamkan matanya dan dia bisa dengan bebas memandangi Kejoranya. Memperhatikan setiap lekukan wajah Jo.
dia sangat dekat. Berada tepat di hadapannya. Bisakah Khayla meraihnya? Menyentuhnya…’
Ketika Jo mulai menggerakkan kelopak matanya, Khayla kembali beralih untuk menatap langit. ‘rasanya menyukai Kejora tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata. Sebuah rasa yang tidak pernah terdefinisikan. Maka seperti itu juga aku menyukainya, beginikah rasanya mencintai seseorang?’
“kaulah lilin-lilin kecil itu”
Suara Jo membuat Khayla kembali menoleh padanya. Jo masih menatap Khayla dengan tatapan bahagia. Namun Khayla hanya mengerutkan dahinya.
“kau lilin kecil yang selalu kunyanyikan”, ujar Jo pada Khayla.
Khayla berusaha untuk meraih wajah Jo, namun diurungkannya kembali, “aku tidak cukup terang untuk menyinari duniamu”
Jo menggelengkan kepalanya, “memang tidak”, jawab Jo lalu memalingkan wajahnya dari Khayla dan hanya menatap langit. Cukup lama Khayla menunggu dan sedikit kecewa dengan jawaban yang diucapkan Jo sebelumnya.
Namun Jo masih melanjutkan perkataannya setelah cukup lama terdiam, “karena sinarmu hanya cukup untuk menerangi hatiku”
“aku akan meleleh dan tidak akan lagi memberikan cahayanya padamu”
Jo menggeleng dan dengan gerakan cepat memiringkan tubuhnya menghadap Khayla. Tidak ada lagi jarak di antara mereka. Dan membuat Khayla tidak bisa mengendalikan detak jantungnya.
‘kurasa aku lebih menyukai Bintang Kejora yang ada di hadapanku dibandingkan Kejoraku yang berada di langit malam’
“selama kau berada di sisiku, maka lilin kecil itu tidak akan pernah padam ataupun meleleh. Kau adalah lilin abadi yang kumiliki”, sahut Jo dan meskipun tangannya sedikit bergetar, ia mencoba untuk meraih wajah Khayla.
Dalam kesunyian malam, terdengar sangat jelas dua detak jantung yang saling berdetak cepat.
‘tanpamu.. aku tidak akan pernah menjadi Bintang Kejora’
Jo mendekatkan bibirnya pada bibir Khayla. Kembali lagi mempertemukan kedua bibir mereka. Lembut dan mesra. Mereka hanya berpikir bahwa hanya ada mereka berdua. Tidak ada yang melihatnya. Namun mereka salah. Ribuan bintang di langit malam menyaksikan kemesraan mereka. Bahkan sang bulan menunjukkan kecemburuannya pada mereka. Dengan perlahan dia menyembunyikan dirinya di balik awan hitam.
Tidak ada yang perlu mereka takutkan. Tidak ada lagi kegelapan yang harus mereka takuti. Karena sebuah cahaya telah saling mereka miliki.
Jo memeluk tubuh Khayla dengan erat. Hangat dan begitu lembut. Hingga Khayla merasakan kenyamanan yang tidak pernah didapatkan sebelumnya. Inikah dunia normal itu? kenapa rasanya begitu sangat indah? Dan… nyata. Detak jantungnya. Getar tubuhnya. Aliran darahnya. Kehangatannya. Hembusan nafasnya. Pelukannya. Bahkan bibir lembutnya.

---------------------------------

Menggapaimu
From: Purnama@yahoo.com
To: Kejora_Bintang@yahoo.com

Berapa kalikah aku harus meyakinkan diriku?
Meyakinkan diriku sendiri bahwa semuanya bukanlah mimpi
Benarkah ini sebuah takdir?
Kenapa rasanya seperti sebuah keajaiban?
Aku bahkan tidak memiliki sayap
Namun aku dapat terbang..
Terbang dan menggapaimu..
Ini bahkan lebih indah dari sebuah mimpi
Karena jari-jariku dapat menyentuhmu
 Aku telah menggapaimu, Kejora




End_

Tidak ada komentar: