Sabtu, 10 November 2012

Kejora (part 7)


SEBUAH KECUPAN


‘Benarkah aku sudah kembali dari dunia abnormalku?’, pikir Khayla dalam hatinya.
Entah karena alasan apa, Khayla berharap hari ini akan cerah. Apakah Khayla sedang berusaha untuk menentang kehendak Tuhan? Karena pada kenyataannya hari ini hujan turun secara tiba-tiba dengan deras. Langit menjadi sangat gelap. Namun sedikitpun Khayla tidak menyesali kedatangannya ke taman kota siang ini. Meskipun seseorang yang ditunggunya belum menandakan kedatangannya.
“menunggu seseorang?”, Khayla menoleh ketika suara seorang pria bertanya padanya. Seorang pria yang kelihatan lebih tua dua atau tiga tahun darinya. Rambutnya kelihatan basah karena hujan dan tangannya bersedekap di dadanya. Khayla hanya tersenyum padanya dan mengangguk. Khayla kembali menatap langit yang masih gelap. Berharap ada sebuah keajaiban yang membuat matahari keluar dari persembunyiannya.

Oh… manakala mentari tua
Lelah berpijar

Entah dari mana datangnya, lagu berjudul ‘lilin-lilin kecil’ milik Chrisye mengalun mengiringi hujan. Khayla menoleh ke kanan dan kiri mencari-cari asal dari lagu tersebut. Sebuah radio berbunyi keras dari sebuah warung yang ada di dekat pondok tempat Khayla berteduh. Dan Khayla hanya menikmati lagu kesukaannya itu.
Sekarang Khayla hanya menikmati menonton ribuan air yang jatuh secara bersamaan dan bergantian dari langit. Mengamati setiap tetesnya yang bergerak cepat dan jatuh menabrak tanah sehingga menimbulkan sedikit cipratan.
“suka kopi susu atau cappuccino?”, suara seorang pria kembali bertanya pada Khayla. Suaranya terdengar samar namun Khayla masih bisa mendengarnya. Mungkin pria tadi ingin membelikan Khayla sesuatu atau mungkin dia hanya bertanya tanpa mempunyai maksud apapun. Namun Khayla hanya ingin bersikap sopan dengan menjawabnya.
“cappuccino”, ujar Khayla tanpa mengalihkan pandangannya dari hujan.
Satu detik jeda Khayla menjawab, segelas kecil cappuccino sudah berada di hadapannya. Tangan seseorang tengah menyodorkannya pada Khayla. Khayla menggeleng dan menoleh pada pemilik tangan tesebut.
“te…”, belum sempat Khayla melanjutkan perkataannya, Khayla sudah dibuat kaget karena kehadiran Jojo di hadapannya. Khayla pikir dia tidak akan datang. Khayla pikir dia tidak akan peduli jika Khayla menunggunya.
Jojo tersenyum ramah pada Khayla seperti biasanya dan berkata, “kita memiliki kesukaan yang sama”, senyuman Jo semakin lebar setelah selesai berbicara. Tangannya masih terus menyodorkan segelas cappuccino pada Khayla dan tangannya yang lain juga memegang gelas yang sama. Khayla segera mengambil gelas cappuccino yang disodorkan Jojo padanya.
“terimakasih”, kata Khayla gugup. Matanya tidak lepas mengamati Jojo. Rambut yang sepertinya sudah tersisir dengan rapih basah oleh air hujan. Kaus berlengan pendeknya hampir basah seluruhnya juga celana jeans hitam panjangnya.
“kau kehujanan”, ujar Khayla, dia tahu kata-katanya tidak akan berarti akan membuat Jojo tidak kebahasan.
“hmm”, balas Jojo. Dia menggenggam erat gelas cappuccino miliknya. Berusaha untuk menghangatkan tangannya sendiri.
Jojo menoleh dan menatap Khayla, “karena aku membuatmu menunggu”
Khayla menggeleng.
“langitmu marah padaku”, jawab Jojo sambil tersenyum pada Khayla. Entah mengapa Khayla hanya bisa membalas senyuman Jojo.

-----------------------------

To        : Kejora_Bintang@yahoo.com
Subject: Keraguan

Dapatkah kita saling mencintai?
Apakah ini dapat disebut sebagai sebuah hubungan?
Dapatkah kau mencintaiku?
Bukankah dalam menjalin sebuah hubungan harus saling mengenal terlebih dahulu?


Itu adalah pertama kalinya Khayla berkirim email pada Kejora_Bintang@yahoo.com. Sebuah keraguan pada dirinya sendiri. Keraguan akan seseorang yang beralamatkan email Kejora_Bintang@yahoo.com. Karena pada awalnya Khayla sendiri tidaklah yakin akan hubungan aneh mereka di dunia maya. Khayla hanya bisa berfikir bahwa cinta tidaklah sesimpel itu. Namun apakah cinta harus selalu rumit?

------------------------------------

Hujan masih turun namun tidak sederas sebelumnya. Yang tersisa hanyalah rintik gerimis yang bergerak lambat. Jojo membukakan pintu mobilnya untuk Khayla. Khayla sudah terduduk di dalamnya namun ketika Jojo hendak menutup pintu mobil, Khayla menahannya dengan kakinya sendiri. Kini ia menghadap pada Jojo.
“langit tidak akan pernah marah padamu”, ujar Khayla.
Jojo mengerutkan dahinya. Sepertinya masih merasa bingung dengan apa yang dikatakan Khayla.
“karena kau juga salah satu sahabatnya”, Khayla mengeluarkan kaus kaki yang ingin dia kembalikan pada Jojo. Menyodorkannya pada Jojo.
Jojo mengambil kaus kaki yang disodorkan Khayla. Lalu berjongkok di hadapan Khayla. Jojo membuka sepatu yang terpasang di kaki Khayla lalu mengganti kaus kaki yang Khayla kenakan dengan kaus kakinya. Setelahnya, Jojo hanya menatap Khayla.
“apa kau tahu siapa yang memberikan kaus kaki itu?”, tanya Jojo lembut pada Khayla.
Khayla menggeleng.
“sehari sebelum meninggal dunia, ibuku memberikan kaus kaki ini padaku. Ia yang sudah merajut kaus kaki ini dan berkata ‘kaus kaki ini bukan milikmu, kau harus memberikannya pada seseorang yang kau yakin bisa memilikinya’
Khayla terdiam mendengar perkataan Jojo. Mencari-cari tanda bahwa Jojo sedang bercanda padanya. Namun tidak. Jojo terlihat sangat serius ketika mengatakannya pada Khayla.
“la.. lalu kenapa kau memberikannya padaku?”, tanya Khayla gugup. Dan rasanya Khayla merasakan sesuatu yang lain di dalam dadanya. Jantungnya yang berdetak tidak seperti biasanya.
Jojo bangkit dari jongkoknya. Berdiri di hadapan Khayla sementara rintik hujan terus berjatuhan di atas rambut dan bahunya.
“karena hatiku berkata demikian”, entah itu sebuah bisikan ataukah hanya sebuah sapuan udara yang merambat di telinga Khayla. Namun Khayla bisa mendengarnya dengan begitu jelas dan nyata.
Jojo meletakkan tangan kanannya di sandaran bangku tepat di dekat bahu Khayla. Wajahnya tidak pernah terlihat setegang ini. Khayla bisa merasakan getaran tangan Jojo, entah karena kedinginan atau karena sesuatu yang lain. Namun tubuh Jojo bergerak untuk mendekat pada Khayla. Khayla berusaha untuk bergerak mundur tapi sepertinya dirinya sudah terjebak. Tidak dapat pergi kemana-mana. Jojo terus bergerak maju, tubuhnya sudah melewati batas pintu mobil. Semakin dekat dengan Khayla.
“apakah aku mencintaimu?”, ucap Jojo dengan suara sedikit bergetar.
Khayla tersentak. Tubuhnya seakan menegang untuk beberapa detik. Meskipun begitu, jantungnya terus memompa darahnya dengan lebih cepat. Khayla seolah sedang tersihir. Kejadian yang berlangsung dengan sangat cepat namun seolah-olah berjalan dengan sangat lambat. Bibir basah dan dingin milik Jo bisa dirasakan jelas oleh Khayla. Jojo mengecup lembut bibir Khayla.

---------------------------------------


Takdir
From    : Kejora_Bintang@yahoo.com
To        : Purnama@yahoo.com

Aku adalah Kejora
Kau adalah Purnama
Aku adalah Kejora
Kau adalah Purnama
Tetaplah seperti itu. Sampai waktunya ..
Jika kau tidak percaya pada takdir, maka kita akan mencari takdir itu.
Bila sampai suatu ketika kita menyadari keberadaan masing-masing di kehidupan nyata, maka itulah takdir yang sesungguhnya.
Sampai waktu itu tiba..
Aku tetaplah Kejora
Dan kau tetaplah Purnama


Lebih dari dua tahun yang lalu, jari-jari tangan seseorang mengetikkan sebuah email yang hendak dikirim pada alamat email Purnama@yahoo.com. Setiap kata yang diketiknya tanpa keraguan sedikitpun. Dia begitu yakin. Begitu membenarkan apa kata hatinya. Entah sejak kapan, dia seolah bisa mendengar hatinya berbicara.  Tidak peduli jika memang ternyata dia sudah berubah menjadi orang gila. Dia selalu seperti itu. Tersenyum dan tertawa dalam hati setiap kali jari-jari tangannya mengetik sesuatu untuk dikirimkan ke alamat email tersebut.
Aku akan mencari takdirku..
Takdirku untuk bersamamu
…Purnama

-------------------------------------

Mereka saling terdiam. Hanya suara rintik hujan yang terdengar. Juga deruan nafas Jojo yang tidak terkendali. Terdengar begitu jelas di telinga Khayla. Sementara Khayla hanya terdiam kaku di tempatnya.
Jojo bergerak menjauh dengan gerakan cepat. Dia sudah kembali berdiri dengan posisi tegak. Setelah Khayla memasukkan kakinya ke dalam mobil, Jo segera menutup pintu mobil lalu bersandar. Terdiam menatap langit. Menikmati irama hujan. Menikmati irama jantungnya.




Part 6                         Part 8

Tidak ada komentar: