SEBUAH KECUPAN
‘Benarkah aku sudah kembali dari dunia abnormalku?’,
pikir Khayla dalam hatinya.
Entah karena alasan apa, Khayla berharap hari ini akan
cerah. Apakah Khayla sedang berusaha untuk menentang kehendak Tuhan? Karena
pada kenyataannya hari ini hujan turun secara tiba-tiba dengan deras. Langit
menjadi sangat gelap. Namun sedikitpun Khayla tidak menyesali kedatangannya ke
taman kota siang ini. Meskipun seseorang yang ditunggunya belum menandakan
kedatangannya.
“menunggu seseorang?”, Khayla menoleh ketika suara seorang
pria bertanya padanya. Seorang pria yang kelihatan lebih tua dua atau tiga tahun
darinya. Rambutnya kelihatan basah karena hujan dan tangannya bersedekap di dadanya.
Khayla hanya tersenyum padanya dan mengangguk. Khayla kembali menatap langit yang
masih gelap. Berharap ada sebuah keajaiban yang membuat matahari keluar dari persembunyiannya.
Oh… manakala mentari
tua
Lelah berpijar
Entah dari mana datangnya, lagu berjudul ‘lilin-lilin
kecil’ milik Chrisye mengalun mengiringi hujan. Khayla menoleh ke kanan dan
kiri mencari-cari asal dari lagu tersebut. Sebuah radio berbunyi keras dari sebuah
warung yang ada di dekat pondok tempat Khayla berteduh. Dan Khayla hanya menikmati
lagu kesukaannya itu.
Sekarang Khayla hanya menikmati menonton ribuan air yang
jatuh secara bersamaan dan bergantian dari langit. Mengamati setiap tetesnya yang
bergerak cepat dan jatuh menabrak tanah sehingga menimbulkan sedikit cipratan.
“suka kopi susu atau cappuccino?”, suara seorang pria
kembali bertanya pada Khayla. Suaranya terdengar samar namun Khayla masih bisa mendengarnya.
Mungkin pria tadi ingin membelikan Khayla sesuatu atau mungkin dia hanya bertanya
tanpa mempunyai maksud apapun. Namun Khayla hanya ingin bersikap sopan dengan menjawabnya.
“cappuccino”, ujar Khayla tanpa mengalihkan pandangannya
dari hujan.
Satu detik jeda Khayla menjawab, segelas kecil cappuccino
sudah berada di hadapannya. Tangan seseorang tengah menyodorkannya pada Khayla.
Khayla menggeleng dan menoleh pada pemilik tangan tesebut.
“te…”, belum sempat Khayla melanjutkan perkataannya,
Khayla sudah dibuat kaget karena kehadiran Jojo di hadapannya. Khayla pikir dia
tidak akan datang. Khayla pikir dia tidak akan peduli jika Khayla menunggunya.
Jojo tersenyum ramah pada Khayla seperti biasanya dan
berkata, “kita memiliki kesukaan yang sama”, senyuman Jo semakin lebar setelah selesai
berbicara. Tangannya masih terus menyodorkan segelas cappuccino pada Khayla dan
tangannya yang lain juga memegang gelas yang sama. Khayla segera mengambil gelas
cappuccino yang disodorkan Jojo padanya.
“terimakasih”, kata Khayla gugup. Matanya tidak lepas
mengamati Jojo. Rambut yang sepertinya sudah tersisir dengan rapih basah oleh air
hujan. Kaus berlengan pendeknya hampir basah seluruhnya juga celana jeans hitam
panjangnya.
“kau kehujanan”, ujar Khayla, dia tahu kata-katanya tidak
akan berarti akan membuat Jojo tidak kebahasan.
“hmm”, balas Jojo. Dia menggenggam erat gelas cappuccino
miliknya. Berusaha untuk menghangatkan tangannya sendiri.
Jojo menoleh dan menatap Khayla, “karena aku membuatmu
menunggu”
Khayla menggeleng.
“langitmu marah padaku”, jawab Jojo sambil tersenyum
pada Khayla. Entah mengapa Khayla hanya bisa membalas senyuman Jojo.
-----------------------------
To : Kejora_Bintang@yahoo.com
Subject: Keraguan
Dapatkah kita saling mencintai?
Apakah ini dapat disebut sebagai sebuah
hubungan?
Dapatkah kau mencintaiku?
Bukankah dalam menjalin sebuah hubungan harus saling
mengenal terlebih dahulu?
Itu adalah pertama kalinya Khayla berkirim email pada
Kejora_Bintang@yahoo.com. Sebuah keraguan pada dirinya sendiri. Keraguan akan seseorang
yang beralamatkan email Kejora_Bintang@yahoo.com. Karena pada awalnya Khayla sendiri
tidaklah yakin akan hubungan aneh mereka di dunia maya. Khayla hanya bisa berfikir
bahwa cinta tidaklah sesimpel itu. Namun apakah cinta harus selalu rumit?
------------------------------------
Hujan masih turun namun tidak sederas sebelumnya. Yang
tersisa hanyalah rintik gerimis yang bergerak lambat. Jojo membukakan pintu mobilnya
untuk Khayla. Khayla sudah terduduk di dalamnya namun ketika Jojo hendak menutup
pintu mobil, Khayla menahannya dengan kakinya sendiri. Kini ia menghadap pada Jojo.
“langit tidak akan pernah marah padamu”, ujar Khayla.
Jojo mengerutkan dahinya. Sepertinya masih merasa bingung
dengan apa yang dikatakan Khayla.
“karena kau juga salah satu sahabatnya”, Khayla mengeluarkan
kaus kaki yang ingin dia kembalikan pada Jojo. Menyodorkannya pada Jojo.
Jojo mengambil kaus kaki yang disodorkan Khayla. Lalu
berjongkok di hadapan Khayla. Jojo membuka sepatu yang terpasang di kaki Khayla
lalu mengganti kaus kaki yang Khayla kenakan dengan kaus kakinya. Setelahnya, Jojo
hanya menatap Khayla.
“apa kau tahu siapa yang memberikan kaus kaki itu?”,
tanya Jojo lembut pada Khayla.
Khayla menggeleng.
“sehari sebelum meninggal dunia, ibuku memberikan kaus
kaki ini padaku. Ia yang sudah merajut kaus kaki ini dan berkata ‘kaus kaki ini
bukan milikmu, kau harus memberikannya pada seseorang yang kau yakin bisa memilikinya’”
Khayla terdiam mendengar perkataan Jojo. Mencari-cari
tanda bahwa Jojo sedang bercanda padanya. Namun tidak. Jojo terlihat sangat serius
ketika mengatakannya pada Khayla.
“la.. lalu kenapa kau memberikannya padaku?”, tanya Khayla
gugup. Dan rasanya Khayla merasakan sesuatu yang lain di dalam dadanya. Jantungnya
yang berdetak tidak seperti biasanya.
Jojo bangkit dari jongkoknya. Berdiri di hadapan Khayla
sementara rintik hujan terus berjatuhan di atas rambut dan bahunya.
“karena hatiku berkata demikian”, entah itu
sebuah bisikan ataukah hanya sebuah sapuan udara yang merambat di telinga Khayla.
Namun Khayla bisa mendengarnya dengan begitu jelas dan nyata.
Jojo meletakkan tangan kanannya di sandaran bangku tepat
di dekat bahu Khayla. Wajahnya tidak pernah terlihat setegang ini. Khayla bisa merasakan
getaran tangan Jojo, entah karena kedinginan atau karena sesuatu yang lain. Namun
tubuh Jojo bergerak untuk mendekat pada Khayla. Khayla berusaha untuk bergerak mundur
tapi sepertinya dirinya sudah terjebak. Tidak dapat pergi kemana-mana. Jojo terus
bergerak maju, tubuhnya sudah melewati batas pintu mobil. Semakin dekat dengan Khayla.
“apakah aku mencintaimu?”, ucap Jojo dengan suara sedikit
bergetar.
Khayla tersentak. Tubuhnya seakan menegang untuk beberapa
detik. Meskipun begitu, jantungnya terus memompa darahnya dengan lebih cepat. Khayla
seolah sedang tersihir. Kejadian yang berlangsung dengan sangat cepat namun seolah-olah
berjalan dengan sangat lambat. Bibir basah dan dingin milik Jo bisa dirasakan jelas
oleh Khayla. Jojo mengecup lembut bibir Khayla.
---------------------------------------
Takdir
From : Kejora_Bintang@yahoo.com
To : Purnama@yahoo.com
Aku adalah Kejora
Kau adalah Purnama
Aku adalah Kejora
Kau adalah Purnama
Tetaplah seperti itu. Sampai waktunya ..
Jika kau tidak percaya pada takdir, maka kita akan mencari takdir
itu.
Bila sampai suatu ketika kita menyadari keberadaan masing-masing di
kehidupan nyata, maka itulah takdir yang sesungguhnya.
Sampai waktu itu tiba..
Aku tetaplah Kejora
Dan kau tetaplah Purnama
Lebih dari
dua tahun yang lalu, jari-jari tangan seseorang mengetikkan sebuah email yang hendak
dikirim pada alamat email Purnama@yahoo.com. Setiap kata yang diketiknya tanpa keraguan
sedikitpun. Dia begitu yakin. Begitu membenarkan apa kata hatinya. Entah sejak kapan,
dia seolah bisa mendengar hatinya berbicara. Tidak peduli jika memang ternyata dia sudah berubah
menjadi orang gila. Dia selalu seperti itu. Tersenyum dan tertawa dalam hati setiap
kali jari-jari tangannya mengetik sesuatu untuk dikirimkan ke alamat email tersebut.
Aku akan
mencari takdirku..
Takdirku
untuk bersamamu
…Purnama
-------------------------------------
Mereka saling terdiam. Hanya suara rintik hujan yang
terdengar. Juga deruan nafas Jojo yang tidak terkendali. Terdengar begitu jelas
di telinga Khayla. Sementara Khayla hanya terdiam kaku di tempatnya.
Jojo bergerak menjauh dengan gerakan cepat. Dia sudah
kembali berdiri dengan posisi tegak. Setelah Khayla memasukkan kakinya ke dalam
mobil, Jo segera menutup pintu mobil lalu bersandar. Terdiam menatap langit. Menikmati
irama hujan. Menikmati irama jantungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar