Entah sudah berapa ratus kali aku
melihatnya. Tidak ada kata bosan untuk itu. Sekalipun kamu tidak ada, kurasa
gambarannya akan tetap ada. Semua. Semua tentangmu. Senyumanmu..
Garis wajahmu ketika tersenyum.
Matamu yang menyipit. Bahkan suaramu. Semua. Semuanya masih terekam dengan
jelas. Yang entah kenapa meskipun telah kuhapus dan menghilang dari recycle
bin, kurasa bekasnya tidak pernah hilang. Masih terus tersimpan dan teringat
jelas dalam memori penyimpanan yang lebih hebat dibandingkan memori sebuah
computer.
Ketika itu, kamu hanya tersenyum dan
sesekali tertawa. Melontarkan beberapa lelucon untukku. Aku diam. Mendengarkan.
Memperhatikan setiap gerak yang kamu lakukan. Mendengarkan setiap gelombang
suaramu yang kudengar. Aku tidak pernah bosan. Mendengar apapun yang kamu ingin
kudengar. Semua. Bahkan kesombonganmu. Tidak masalah. Aku tetap diam
mendengarkan. Atau berbicara saat kamu membutuhkan jawaban.
Setiap kali aku berpikir. Aku merasa
ketika bersamamu, ketika memikirkanmu, aku tidak pernah waras. Setiap rasa yang
kamu berikan masih bisa kurasakan bahkan sampai kamu tidak ada. Semua. Semua
rasa itu. Bahagia. Luka. Sakit. Perih. Aku menikmatinya. Aku tidak pernah
merasa waras. Semua yang kamu berikan dan kamu tidak berikan, aku akan tetap di
sini. Menunggu untuk senyuman dan tawamu.
Ya, aku akan tetap di sini. Meski tidak
jarang kamu membuatku kecewa dan marah. Tapi melihatmu di hadapanku, cukup
untuk mengobati semua rasa sakit yang kamu beri. Tidak ada yang kamu lakukan.
Kamu hanya di sampingku, memberi beberapa lelucon. Dan aku tertawa. Aku
tertawa. Entah mentertawakan leluconmu atau mentertawakan rasa kecewa dan
amarah yang kulupakan di waktu yang terhenti ketika bersamamu. Aku merasa tidak
waras saat itu.
Kurasa kamu satu-satunya manusia yang
bisa membuatku menjadi manusia tidak waras. Satu-satunya manusia yang dapat
mengembalikan senyumanku dalam beberapa detik karena amarahku. Amarah yang kamu
ciptakan. Dan kamu satu-satunya manusia yang bisa membuatku memberikan segala
yang kumiliki. Segalanya. Untukmu. Meski tanpa balasan. Hanya senyum dan tawamu
yang kuanggap sebagai bayaran untukku.
Kadang aku menyukainya. Menyukai
ketidakwarasanku ketika bersamamu.
Kadang aku tidak menyukainya. Tidak
menyukai ketidakwarasanku karenamu.
Entah apa yang terjadi padaku. Aku
menyukaimu. Aku juga sangat menyayangimu. Dan semua rasa yang ada untukmu. Semua
rasa yang bernaung pada status yang kita sepakati bersama. Sebagai kakak-adik.
Dan aku berbohong. Berbohong padamu
jika aku sudah lelah. Aku lelah padamu. Dan kamu mempercayainya dengan mudah.
Kamu percaya pada kebohonganku. Setelah sebelumnya kamu tidak pernah percaya
pada kejujuranku. Dan untuk kesekian kalinya aku percaya padamu. Bahwa kamu
tidak pernah menganggapku ada.
Kini waktu sudah berlalu. Tapi semua
rasa untukmu tetap ada. Dan semua rasa itu, dibungkus oleh satu rasa. Sakit . Sekarang
aku tidak lagi berbohong. Bahwa aku sudah lelah. Aku lelah padamu. Aku lelah
pada diriku. Karena ada rasa yang terlewat. Rasa yang tidak pernah terpikirkan
olehku. Karena aku sibuk akan senyuman dan tawamu. Aku melewatkannya. Melewatkan
sebuah rasa yang terselip di antara semua rasa.
Perasaan yang terselip ketika aku
hanya membutuhkan senyummu untuk membayar semua yang telah kuberikan.
Perasaan yang terselip dibalik
ketidakwarasanku karenamu.
Perasaan yang terlewatkan karena aku
terlalu sibuk menghentikan waktu saat kamu tertawa dan tersenyum. Aku
melewatkan sebuah rasa. Sebuah rasa yang mereka sebut ..cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar