UKIRAN NAMA
“besok lusa hari ulang tahunmu, benar?”, tanya Rifki
pada Khayla.
Khayla mengangguk pelan menjawabnya. Hari ulangtahun
bagi Khayla, bukanlah hari yang begitu penting. Dan jika dia harus merayakannya
bersama seorang pria, mungkin baru tahun ini. Karena ulangtahun kali ini, Khayla
sudah memiliki Rifki yang selalu menemaninya. Biasanya Khayla hanya menerima ucapan
selamat ulang tahun dari keluarga dan teman-teman dekatnya. Dan hadiah menjadi
hal yang tidak begitu penting.
“apakah kau menginginkan sesuatu di hari ulang
tahunmu?”, tanya Rifki lagi pada Khayla. Hadiah? Bukankah itu yang dimaksudkan
oleh Rifki?
Apakah ada sesuatu yang benar-benar ingin didapatkan
oleh Khayla?
Sepertinya tidak ada sesuatu yang diinginkan oleh
Khayla. Khayla tidak pernah berpikir untuk meminta hadiah dari siapapun jadi
dia tidak memikirkan apa yang diinginkannya sebagai hadiah di hari ulang
tahunnya. Tapi sekarang Rifki sedang menanyakannya padanya.
Mungkin ada sesuatu yang sangat diinginkan Khayla. Khayla
tidak akan meminta dibelikan atau dibuatkan sesuatu. Hanya satu hal yang
diinginkan Khayla.
“aku ingin melihat bintang”
Rifki mengerutkan keningnya mendengar ucapan Khayla.
Berusaha sebisa mungkin untuk tidak tertawa meskipun sekecil hembusan angin. Dan
akhirnya Rifki hanya bisa tersenyum mendengar jawaban Khayla.
“kau bisa melihatnya setiap malam”, jawab Rifki
lembut.
Khayla menggeleng tegas, “aku ingin melihat bintang.
Di Bosscha”
“kau ingin ke Bandung?”, tanya Rifki dengan sedikit
terkejut. Namun Khayla mengangguk dengan pasti. Tentu saja Rifki tidak bisa
menolak permintaan Khayla padanya.
“besok kita berangkat ke Bandung”, Rifki menepuk
lembut kepala Khayla. Jika masih bisa dilakukan olehnya, Rifki akan menuruti
apapun keinginan Khayla. Lagipula, tidak setiap saat Khayla meminta sesuatu
darinya.
--------------------------------------
Meskipun sangat menyukai bintang, tapi baru kali ini
Khayla bisa melihat bintang-bintang menggunakan teropong bintang. Dan Rifki
sungguh-sungguh membawanya ke tempat observasi bintang, Bosscha. Tempat yang
sangat ingin dikunjungi Khayla.
“aku akan
membawamu kembali ke sini di hari yang lain agar kau bisa melihat bintangmu”, bisik
Rifki lembut di telinga Khayla.
“selamat ulang tahun”, seuntai kalung cantik
bergelantungan tepat di depan wajah Khayla. Dengan bandul huruf V yang menempel
pada sisinya sesuatu yang terlihat seperti bola berwarna agak kemerahan.
“V untuk Venus”, Rifki menunjuk huruf V kemudian
bola merah yang menempel di samping huruf V tersebut. Dan kalung itu memang
terlihat sangat cantik.
“kuharap kau tidak bersedih lagi karena tidak dapat
melihat bintangmu”, ujar Rifki pada Khayla. Kemudian dia memasangkan kalung itu
di leher Khayla. Khayla hanya mengangguk dan tersenyum riang. Itu adalah hadiah
terindah dan tercantik yang pernah didapatkannya.
“terimakasih”, ucap Khayla tulus sembari memainkan
bandul kalung yang sudah menjadi miliknya tersebut.
“kau menyukainya?”, tanya Rifki dan Khayla
mengangguk manis.
“Khayla”
Rifki memanggil nama Khayla dengan sangat lembut. Dan
terdengar diam. Lebih tenang dari sebelumnya. Khayla harus mengalihkan
pandangannya dari bandul kalungnya untuk menatap wajah Rifki.
Waktu seakan sedang berhenti saat itu. Khayla
berpikir mungkinkah Rifki yang sudah menghentikannya? Dan kenapa suasana di
dalam sini sangat sepi dan sunyi?
Rifki membelai lembut wajah Khayla lalu berhenti di dahu
Khayla. Khayla mengepalkan kedua telapak tangannya. Kedua telapak tangannya
bahkan berkeringat meskipun udara sangat dingin. Rifki mencoba untuk
mendekatkan wajahnya pada wajah Khayla. Khayla seperti terjebak dalam keadaan
yang sulit baginya. Apa yang bisa dilakukan oleh Khayla?
Khayla memejamkan matanya dan secara tiba-tiba mencoba
menjauhkan wajahnya dari Rifki. Sebisa mungkin gerakannya tidak disadari oleh
Rifki. Namun Rifki melihat dengan jelas guratan wajah Khayla. Melihat dengan
jelas bagaimana Khayla berusaha untuk dapat menghindarinya.
Khayla menunggu. Menunggu apa yang selanjutnya akan
dilakukan oleh Rifki. Apakah Rifki akan mempertemukan bibir mereka?
Sentuhan lembut dan dingin terasa jelas di kening
Khayla. Khayla membuka kedua kelopak matanya dengan segera. Dia bisa kembali
bernafas lega. Rifki hanya mengecup lembut keningnya. Harus Khayla akui bahwa
saat ini dia sangatlah gugup. Bahkan tidak mampu untuk melihat wajah Rifki.
“aku mencintaimu”, suara lembut Rifki terdengar
sedikit menggema di dalam ruangan itu.
---------------------------------
Hari masih terlalu malam. Khayla melihat jarum jam
tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Udara di luar gedung Bosscha
menjadi semakin dingin. Padahal Khayla sudah mengenakan jaket tebal, namun
tetap saja Khayla masih merasa kedinginan. Bahkan bibir tipisnya sudah membiru
karena tidak sanggup menahan dingin.
Daripada berdiam diri menunggu Rifki yang sedang
pergi, lebih baik Khayla berjalan-jalan di sekitar halaman. Baru lima menit
yang lalu Rifki pergi. Mobilnya tiba-tiba mogok, dan dia harus membawa mobilnya
ke bengkel terdekat. Rifki memang mengajak Khayla untuk ikut dengannya namun Khayla
masih ingin berlama-lama berada di Bosscha. Sebenarnya Khayla sedikit takut
berjalan di tengah kegelapan seperti ini. Jika ia berada di dalam gedung, akan
lebih sunyi dan menakutkan berada sendirian di dalam sana. Jadi, Khayla lebih
memilih untuk berjalan-jalan di halaman.
Rumput-rumput di halaman sedikit basah. Mungkin
karena embun. Khayla terus menapakkan kakinya. Dan di saat sendiri seperti ini,
Khayla lebih suka mendengarkan lagu kesukaannya. Lagu mulai mengalun bersama
dengan langkah kaki Khayla.
Oh… manakala bulan
nan genit
Enggan tersenyum
Ketika lirik tersebut mengalun, Khayla mendongakkan
wajahnya. Menatap langit yang masih gelap. Bulan sedang bersembunyi malu di
atas. Menjadikan malam semakin pekat karena gelapnya.
Berkerut-kerut tiada
berseri
Tersendat-sendat
merayap
Dalam kegelapan
Hitam kini, hitam
nanti
Gelap kini, akankah
berganti
Khayla kembali melangkah untuk meneruskan jalannya.
Namun langkahnya tertahan ketika melihat sesosok tubuh seorang pria terlentang
di atas rerumputan. Tanpa alas dan hanya membiarkan tubuhnya tertidur
beralaskan tanah dan rumput-rumput yang berembun. Matanya tertutup rapat. Jika
saja wajahnya tidak membentuk seulas senyuman, mungkin Khayla akan menganggap sesosok
tubuh itu adalah mayat.
Lebih dari sekedar terkejut, Khayla menyadari bahwa pria
yang sedang terlentang di atas rerumputan tersebut adalah seseorang yang pernah
ditemuinya ketika berteduh di bawah pohon. Ketika hujan. Pertemuan yang
singkat. Dan Khayla tidak ingin mengucapkan selamat tinggal padanya.
Khayla tidak lagi menatap langit. Hanya memandang
wajah pria itu. Dia masih saja menutup kelopak matanya rapat-rapat. Mungkinkah
dia tidak menyadari keberadaan Khayla? Karena Khayla yakin sekali jika pria itu
tidak sedang tertidur. Dia hanya sedang menikmati malamnya. Merasakan udara
dingin bagaikan seorang kawan.
Karena pria itu tidak juga membuka matanya, Khayla
jadi bisa berlama-lama mengamati pria itu. Wajah yang begitu tenang dan diam. Hanya
dengan melihat wajahnya saja, Khayla bisa merasakan kenyamanan dan kehangatan. Pria
itu seperti memiliki kekuatan tersendiri untuk menarik orang lain agar dapat
merasa nyaman berada di dekatnya. Sekalipun itu adalah orang asing yang tidak
mengenalnya. Dan tanpa sadar, Khayla ikut tersenyum hanya karena menyaksikan
senyuman manis pria itu.
Jojo sangat menikmati malamnya. Menelentangkan
tubuhnya di atas rerumputan dengan wajah menengadah langit, seolah membuatnya berada
di antara bintang dan bulan yang menghiasi langit. Dan ia hanya ingin
merasakannya dengan tenang sembari menutup kedua kelopak matanya. Dan perasaan
bahagia yang tidak dimengerti olehnya, seakan merasuk ke dalam jiwanya.
Puas berlama-lama menutup kedua kelopak matanya.
Jojo kembali membuka kedua matanya. Ingin kembali menatap langit malam ini. Namun
pemandangan tidak seperti saat sebelum ia menutup matanya. Bulan telah tertutupi.
Tergantikan oleh sesosok wajah seorang gadis. Sejak tadi Jojo hanya merasa
bintang-bintang dan bulanlah yang sedang mengamatinya dari atas sana namun
ternyata dia salah. Tanpa disengaja, kedua bola mata mereka bertemu. Seperti
bertemu dengan teman lama, mereka segera tersenyum. Dan Jojo menyadari
gadis itu adalah seseorang yang pernah
ditemuinya.
Dan kau lilin-lilin
kecil
Sanggupkah kau
mengganti
Sanggupkah kau
memberi
Seberkas cahaya
Lirik lagu kembali berputar. Seolah sengaja mengalun
setiap kali mereka bertemu.
“apa kau mengetahui makna dari kata takdir?”, ujar
pria itu kembali menatap langit. Khayla tidak mengetahui apa makna dari kata
takdir yang dimaksud oleh pria itu. Namun sepertinya Khayla pernah mendapatkan kata
yang sama.
Jika kau
tidak percaya pada takdir, maka kita akan mencari takdir itu.
“takdir bukanlah sebuah kebetulan yang terjadi”, jawab
Khayla mantap.
Pria itu menoleh pada Khayla, menepuk-nepuk
rerumputan basah di sampingnya, “kalau begitu berbaringlah di sampingku”
Khayla tidak langsung menurut. Hanya terdiam di
tempatnya.
“kau bilang kau suka langit. Akan kutunjukkan padamu
bagaimana caranya menikmati langit”, katanya lagi pada Khayla. Seolah-olah dia
mengingat dengan pasti apa yang pernah dikatakan Khayla padanya. Seolah-olah
dia sangat mempercayai apa yang diingatnya.
“apakah ini alasan mengapa kau tidak mengucapkan
selamat tinggal saat meninggalkanku?”, tanya pria itu ketika Khayla sudah ikut
berbaring di sampingnya.
Khayla mengalihkan pandangannya dari langit, menoleh
pada pria itu. Sepertinya Khayla melakukan kesalahan. Kini wajah mereka saling
bertemu. Jarak yang cukup dekat. Dan berhasil membuat Khayla menjadi sangat
gugup.
“aa..aku tidak merencanakannya”
Pria itu tertawa kecil. Sama seperti ketika Khayla
mengatakan padanya bahwa ia menyukai langit. Mata tidak pernah berbohong, ketika
pria itu tertawa rasanya seperti seluruh dunia hanyalah berisi kebahagiaan. Dengan
cepat Khayla memalingkan wajahnya dari pria itu. Berusaha untuk menyembunyikan
kegugupannya yang semakin menjadi.
“bagaimana? Bukankah rasanya seperti kau berada di
antara bintang-bintang itu?”, ujar pria itu mencoba menunjukkan kehebatan
penemuannya. Khayla mengangguk riang.
“aku tidak percaya bisa bertemu lagi denganmu di
sini”, ujar Khayla dengan suara rendah.
“aku juga tidak percaya. Aku sedang mengunjungi
villa milik keluargaku di dekat sini”, jawab pria itu jujur pada Khayla.
“ayo kita berkenalan”, ucap pria itu pada Khayla.
“kau bisa menuliskan namamu di langit sana”, pria
itu menunjuk hamparan langit luas di atas mereka.
Khayla mengangguk menyetujui. Khayla meregangkan
jari-jari tangan kanannya. Ia ingin sekali meraih langit malam dengan tangannya
ini dan sekarang ia akan mengukirkan namanya di langit dengan menggunakan
jari-jari tangannya sendiri. Rasanya sangat menakjubkan. Khayla mulai
mengarahkan jari telunjuknya ke atas. Mengukir satu persatu huruf untuk
membentuk namanya.
K-H-A-Y-L-A
Selesai. Dia telah mengukir namanya sendiri di
antara ribuan bintang-bintang. Khayla tersenyum senang dan menoleh pada pria di
sampingnya.
“Khayla”, sahut pria itu. Seperti sebuah bisikan. Begitu
lembut. Selembut udara yang kini menyapu kulit wajah Khayla. Kemudian pria itu menampakkan
lesung pipi di wajahnya. Khayla hampir tidak dapat tersenyum karena terpukau menatap
wajah pria itu.
Sekarang giliran pria itu yang menuliskan namanya di
atas langit yang luas itu. Dia mengarahkan telunjuknya ke langit. Dan mulai
menggerakkan telunjuknya membentuk huruf-huruf.
J-O-J-O
Pria itu kembali menoleh pada Khayla. Seolah
menunggu jawaban dari Khayla. Menunggu sambil tersenyum manis. Seakan dia rela
menunggu lama untuk sebuah jawaban yang akan diberikan Khayla.
“Jojo”
----------------------------------
Rasa Cinta
From : Kejora_Bintang@yahoo.com
To : Purnama@yahoo.com
From : Kejora_Bintang@yahoo.com
To : Purnama@yahoo.com
Pernahkah kau merasa bosan melihat keindahan langit
malam?
Jika suatu
ketika kau merasa bosan, itu hanya berarti jalan kita akan berhenti di sana.
Bukankah hamparan langit adalah satu hal yang selalu
sama?
Jika kau
melihat hamparan langit malam, sesungguhnya aku melihatnya juga bersamamu.
Bukankah Purnama tetaplah Bulan?
Meskipun tidak dapat menampakkan seluruh
keindahannya,
Purnama tetaplah Bulan yang bersembunyi malu di
balik awan hitam.
Dan aku tetap akan mengangumi keindahannya.
Kau bertanya bagaimana rasanya mencintai seseorang?
Bagaimana jika aku kembali bertanya?
Apakah kau mencintai kekasih dunia mayamu ini?
Kau tidak perlu menjawabnya.
Bagaimana rasanya jika aku mencintai seseorang?
Aku akan mengatakannya ketika aku bertemu denganmu…
Apakah aku sungguh-sungguh mencintaimu?
Part 3 Part 5