Kamis, 29 Desember 2011

Fajar, who are you?


Kalau bukan karena dia terlalu mengekangku, mungkin aku tidak perlu melarikan diri darinya. Dia sesosok fajar yang terbit di pagi hari. Fajar, dengan kacamata minusnya yang membuktikan bahwa dia telah bekerja keras belajar untuk mendapatkan kesuksesan demi kebahagianku. Semua kata hatinya dapat terbaca dalam tatapannya. Bibirnya diam ketika dia marah namun matanya seolah berkata bahwa dia telah kecewa karena sesuatu. Tatapan seperti itu pernah kudapatkan ketika aku mencoba melarikan diri darinya. Saat aku menaiki tangga dengan langkah perlahan dan badan membungkuk, tidak ku sangka fajar keluar dari kamarnya dan melihatku. Dia tidak mengatakan apapun, diam. Tapi matanya seolah memarahiku, kecewa padaku, seolah dia berkata kenapa aku melakukan ini padanya. Bisa saja aku melanjutkan langkahku dan meninggalkan fajar namun tatapannya menahanku, memaksaku untuk menghampirinya.
Dengan wajah tertunduk aku menghadap fajar, “maaf”, dinding kerongkonganku seperti bergesek satu sama lain saat aku mengatakan mantra penolongku ini.
Fajar tetap diam tak bersuara, lalu kakinya bergerak melangkah menjauh dariku. Ku cengkeram pinggir bajuku, semua perasaan bersalahku menguap di sekeliling tubuhku. Fajar ingin aku pergi. Meninggalkannya. Dia mengizinkanku untuk pergi meninggalkannya. Tapi sekarang, tidak ada lagi keinginanku untuk meninggalkannya. Aku ingin tetap di sampingnya.
Kuangkat wajahku agar dapat melihatnya. Tinggal punggung tegapnya yang terlihat menjauh dariku. Berharap dia kembali lagi untuk menghampiriku, hanya keinginan yang sia-sia. Fajar bukanlah sosok yang mudah mengubah keputusan. Dia sosok yang tegas pada keputusan yang dia buat. Aku harus melakukan sesuatu. Ku langkahkan kakiku dengan cepat untuk menyusulnya. Kurengkuh punggungnya yang hangat. Ku peluk dengan erat, mencari keputusan yang salah di sana. Fajar tetaplah fajar, tidak akan pernah berubah. Dia membatu dalam pelukanku setelah sebelumnya tubuhnya bergetar mendapatkan pelukan yang spontan dariku.
“maaf”, kembali lagi aku mengatakannya dengan mata terpejam di punggungnya. Setelah aku yakin fajar akan di tempatnya untuk beberapa menit, kulepaskan tanganku. Sekali lagi ku tatap kedua bola matanya yang terbingkai dalam kacamata minus warna hitam. Aku yang sudah membuat kedua bola mata teduh itu menjadi penuh kekecewaan. Namun aku  dapat melihat bahwa masih tersimpan cinta untukku di kedalaman matanya. Bahkan dalam kekecewaannya masih ada tatapan hangatnya untukku. Fajar. Kalau bukan karenamu, tidak akan pernah kudapatkan ketulusan cinta. Hanya fajar seorang yang dapat memberikan seluruh hidup dan cintanya untukku.
Hal paling bodoh yang pernah kulakukan adalah saat itu, membuat fajar meninggalkanku. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan untuk membawanya kembali. Aku harus menghargai keputusannya hanya karena kesalahanku. Aku harus meyakinkan hatiku untuk melepaskan fajarku. Tidak ada seseorang yang lebih bodoh di bandingkan diriku, hanya karena aku menginginkan kebebasan yang lebih dari fajar. Kebebasan yang bisa kunikmati sendiri. Hanya karena fajar ingin terus bersamaku, aku membuatnya meninggalkanku. Fajarku yang selalu membuat hariku menjadi lebih bermakna. Dia sudah pergi.
Setelah kejadian tersebut, orang tuaku mengajak kami untuk makan bersama. Fajar tidak ingin menyusahkan orang tuaku untuk menyiapkan makanan untuknya jadi dia memaksa agar orang tuaku datang ke rumahnya yang besar. Dengan di jemput seorang supir, aku dan orang tuaku datang ke rumah fajar. Kalau saja mereka tahu bahwa aku dan fajar sudah berpisah. Aku akan sangat mengecewakan ibu dan ayah yang sangat kusayangi. Mereka sudah berharap terlalu jauh pada fajar. Suasana makan terasa hangat dengan adanya kedua orang tuaku, fajar yang sudah dekat dengan mereka terlihat nyaman berada di antara kami. Yang membuatku resah adalah walaupun kami duduk bersebelahan namun tidak sedetik pun fajar melirikku. Itu kali terakhirnya kami bertemu.
Fajar sudah mengintip di balik jendela kamarku. Ku sambut pagi dengan harapan baru. Di luar kamarku, terdengar suara gaduh anggota keluargaku di depan televisi. Sebuah acara berita di stasiun televisi swasta sedang mengabarkan berita terbaru.
“seorang pengusaha sukses pemilik berlian termahal saat ini”, suara bulat penyiar berita terdengar keras. Lalu muncul seorang pria muda berkacamata. Sesosok yang telah lama kukenal. Entah sudah berapa tahun aku tidak melihatnya. Sekarang dia sudah berdiri tegak dengan kesuksesannya. Sosok fajar yang sangat ku rindukan. Semua menjadi gelap, potongan-potongan cerita tidak lagi nampak. Kemudian kembali terang. Mataku terbuka dengan lebar. Mimpiku tentang fajar telah berakhir. fajar telah pergi bersama mimpiku. Akankah kutemui seorang fajar?fajar, who are you?

About Me

salam kenal nama gue Qonita Rahmi. Teman dekat dan keluarga gue biasa manggil gue nita, teman sekolah atau di kampus biasa manggil gue qonita tapi teman cowok gue kadang suka manggil gue qonqon. Upss huruf 'Q' nya jangan sampai diganti sama 'K' ya.Gue paling sebel kalau nama gue ditulis pake huruf K. Nama gue itu ada artinya jadi kalau huruf nya diganti artinya juga berubah dong. Yaah biasa deh cowok-cowok pikirannya suka melayang nggak jelas gitu kalau lagi manggil nama gue. But i'm ok, yang penting kalian enjoy sama gue.
Selama gue hidup, gue udah banyak nemuin hal-hal yang menyenangkan, menyedihkan, menyebalkan, dan masih banyak lagi. Bagi gue hal yang paling menyenangkan di dunia ini adalah keluarga, sahabat dan cinta yaa selain jalan-jalan, shopping dan makan. Sejak gue SD sahabat itu udah ada. Sampai gue SMP sahabat itu makin nyata. Setelah gue SMA gue semakin mengerti apa itu sahabat. Kebanyakan orang-orang bilang indahnya persahabatan itu ada waktu kita SMA tapi bagi gue sahabat itu ada waktu gue SMP. Sahabat-sahabat yang paling gue sayang. Tapi gue juga berterimakasih banget buat sahabat-sahabat gue di SMA, tanpa kalian masa SMA gue nggak akan pernah berwarna. Sekarang gue udah ngerti, ternyata sahabat itu nggak perlu di cari karena waktu akan selalu membawa sahabat kita untuk selalu bersama. Buat keluarga gue, thanks banget. Nyokap, bokap, dan adik-adik gue yang paling gue sayang. Suatu saat nanti gue pasti akan membalas semua kebaikan kalian.
Hal yang paling menyedihkan dalam hidup gue. Apa ya?kalau kata pepatah kebahagiaan itu berasal dari pikiran anda. Kalau kebahagiaan itu berasal dari pikiran, secara tidak langsung berarti kesedihan itu juga berasal dari pikiran. Kalau dipikirin terus, mungkin kesedihan itu nggak akan pernah ada habisnya. Jadi pikirkan hal-hal yang membahagiakan aja ^_^